(Vibiznews – Index) – Perdagangan saham bulan Agustus akan berakhir pekan depan dan diperkirakan beberapa bursa saham utama kawasan Asia yang akan mencetak kinerja yang buruk melanjutkan periode bulan sebelumnya. Pada bulan Juli 2021 kinerja bursa kawasan Asia seperti di Jepang, Korea Selatan dan Hong Kong mencetak kerugian yang cukup signifikan.
Trend indeks dari ketiga bursa saham diatas sejak pekan pertama bulan Agustus sudah menunjukkan penurunan dan berpotensi melanjutkan kerugian yang terjadi sejak awal perdagangan semester kedua tahun ini yaitu bulan Juli. Grafik dibawah ini menggambarkan trend perdagangan saham di 3 bursa utama tersebut.
Adapun penyebab yang menekan sentimen investor di 3 bursa utama sepanjang bulan Agustus yaitu:
- Meningkatnya kasus terinfeksi Covid–19 yang memberikan kekhawatiran investor akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Investor mengkhawatirkan penyebaran varian delta virus corona di 3 negara tersebut yang memicu lonjakan kasus baru harian sejak awal pandemi. Karenanya pemerintah setempat memberlakukan kebijakan semi lockdown, dan berpotensi memberikan tekanan bagi pergerakan ekonomi negara tersebut.
2. Pertumbuhan ekonomi Cina yang kehilangan momentum pertumbuhan dari beberapa rilis data ekonomi makro terakhir serta regulasi ketat pemerintah Beijing terhadap bisnis sektor teknologinya. Cina merupakan negara eksposur terbesar Jepang dan Korea Selatan, dan bisnis perusahaan teknologinya memiliki keterkaitan dengan bisnis teknologi di kawasan Asia. Setelah beberapa data makro Cina dilaporkan mengecewwakan, bank sentral Cina atau PBOC memutuskan pekan lalu tidak mengubah suku bunga utama dan suku bunga pinjaman 1 tahun. Hal ini memberikan kekhawatiran bagi investor kawasan Asia karena suku bunga berpotensi akan anjlok.
3. Ekpektasi pengetatan kebijakan moneter the Fed bertambah. Pekan lalu ekspektasi ini bertambah dari laporan risalah pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve atau FOMC bulan Juli, yang menunjukkan adanya prospek pengurangan stimulus atau pembelian obligasi lebih cepat sebelum akhir tahun. Pengetatan kebijakan atau sering disebut tapering The Fed ini selalu menjadi tekanan bagi perdagangan bursa saham global termasuk dengan bursa saham kawasan Asia.
Ketiga sentimen negatif diatas masih akan bergulir dan dapat memperdalam kerugian perdagangan ketiga bursa saham utama kawasan Asia tersebut pada periode bulan ini yang tinggal sepekan perdagangan lagi.
Review dan Potensi Kerugian Yang Dialami 3 Bursa Utama Asia Periode bulan Agustus.
- Bursa saham Jepang dengan indeks Nikkei. Indeks Nikkei bulan Juli jatuh cukup signfikan dengan anjlok 5,5%, yang merupakan kinerja bulanan terburuk sejak krisis pasar yang disebabkan oleh virus corona pada Maret tahun lalu. Pekan lalu Nikkei alami pelemahan mingguan pertama dalam 3 pekan hingga anjlok 3,4%. Untuk bulan Agustus ini diperkirakan akan kembali alami kerugian namun lebih moderat, dimana hingga pekan ketiga bulan Agustus posisi Nikkei sudah melemah 1,77%.
2. Bursa saham Korea Selatan dengan indeks Kospi. Indeks Kospi sepanjang bulan Juli mencetak kinerja yang buruk sejak bulan Maret 2020 setelah 8 bulan cetak gain, yang ditutup anjlok 2,86%. Indeks Kospi melemah 3,49% secara mingguan pada periode pekan lalu yang merupakan kinerja mingguan terburuk dalam 7 bulan. Untuk bulan Agustus diperkirakan akan kembali melemah , dimana hingga pekan ketiga bulan Agustus posisi Kospi sudah melemah 4,4%.
3. Bursa saham Hong Kong dengan indeks Hang Seng. Indeks Hang Seng sepanjang bulan Juli cetak kinerja terburuk sejak Agustus 2015 atau dalam 5 tahun, dengan penutupan di kisaran terendah dalam 9 bulan akhir bulan dan anjlok 9,77% secara bulanan. Hang Seng sepanjang pekan lalu alami kinerja terburuk sejak Maret 2020 dengan anjlok 5,84%. Untuk periode bulan Agustus ini diperkirakan akan cetak pelemahan yang lebih moderat dari kerugian perdagangan bulan Juli, dimana hingga pekan ketiga bulan Agustus posisi Hang Seng sudah melemah 4,3%.
Trend perdagangan yang buruk sepanjang bulan Agustus memberikan tekanan kebawah bagi pergerakan indeks bursa utama Asia tersebut untuk periode semester 2 tahun 2021, setelah sepanjang semester lalu 3 bursa utama ini mencetak kinerja yang kuat. Trend akan semakin buruk jika pekan ini dalam pertemuan Kepala Bank Sentral Dunia di Jackson Hole, Jerome Powell memberikan sinyal yang hawkish terkait prospek pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve sebelum akhir tahun ini. Dan jika The Fed akhirnya melakukan tapering atau pemotongan stimulus, sentimen investor terhadap perdagangan saham secara global dan juga untuk kawasan Asia akan semakin terperosok.