(Vibiznews – Economy & Business) – Dengan semakin menurunnya kasus positif Covid-19 di negara kita dan juga pemulihan ekonomi yang terus menunjukkan pertumbuhannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 makin baik di dukung berbagai indikator. Namun demikian, ia melihat masih ada tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia tetap harus memperkokoh kuda-kuda dalam menghadapi risiko perekonomian.
Ia merinci, tantangan pertama datang dari kecenderungan peningkatan harga-harga yang sudah terjadi di berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), China, Eropa, Meksiko, dan Korea Selatan.
Negara-negara tersebut mengalami peningkatan harga produsen. Tercatat Indeks Harga Produsen (IHP) AS naik 8,6%, IHP China naik 13,5%, IHP Eropa naik 13,5%, sedangkan Korea Selatan naik 7,5%. Sedangkan Indonesia sudah tercatat naik 7,3% per Oktober 2021.
“Kenaikan harga di level produsen ini harus diwaspadai agar tidak mendorong kenaikan inflasi di level konsumen,” jelasnya, Rabu (17/11) lewat video conference.
Kedua, imbas dari kenaikan IHP ini membuat sejumlah negara melakukan pengetatan kebijakan moneter (tapering off). Salah satunya, bank sentral negara adidaya The Federal Reserve (The Fed) yang sudah mulai melakukan tapering off.
Dari sisi historis, tapering off ini menimbulkan potensi guncangan berupa keluarnya arus modal asing dari negara berkembang. Apalagi, kalau The Fed sudah mulai menaikkan suku bunga kebijakannya.
Saat ini, bahkan sudah terlihat beberapa negara berkembang seperti Argentina dan Turki yang mengalami kenaikan inflasi dan depresiasi nilai tukar yang sangat dalam. Indonesia perlu waspada akan hal ini.
Lebih lanjut, Sri Mulyani terus berharap Indonesia dengan fondasi ekonomi yang kuat bisa memberikan kesiapan lebih baik dalam menghadapi dinamika global tersebut.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



