Koreksi Terbatas, Sentimen Kenaikan Bunga Global — Domestic Market Outlook, 20-24 February 2023

568

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • BI mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR sebesar 5,75%, sesuai perkiraan pasar.
  • BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3%.
  • BPS merilis neraca perdagangan Indonesia Januari 2023 surplus US$ 3,87 miliar, yang berarti surplus 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
  • IHSG dan rupiah kembali terkoreksi -namun secara terbatas- oleh prospek berlanjutnya kenaikan bunga the Fed.

Minggu berikutnya, isyu prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 20-24 February 2023.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau menguat terbatas pada area konsolidasi 4 minggu terakhir dalam pergerakan yang fluktuatif di antara berita terus positifnya neraca perdagangan RI dan BI yang mempertahankan suku bunga acuan, sedangkan dari luar sentimen berlanjutnya kenaikan bunga the Fed telah menekan bursa global. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0,22%, atau 15,384 poin, ke level 6.895,714. Untuk minggu berikutnya (20-24 Februari 2023), IHSG kemungkinan akan masih konsolidatif dengan bias menguat bertahap, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.962 dan 7.128. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.803, dan bila tembus ke level 6.721.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah terbatas di minggu keduanya, terpicu kembali oleh sentimen the Fed masih mungkin tetap agresif yang mendongkrak dollar serta capital outflow di pasar SBN sekitar Rp3,5 triliun, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,46% ke level Rp 15.202. Sementara, dollar global terpantau lanjutkan rally bertahap. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan cenderung konsolidatif dengan bias menaik, atau kemungkinan rupiah agak konsolidatif dalam bias melemah, dalam range antara resistance di level Rp15.237 dan Rp15.470, sementara support di level Rp15.094 dan Rp14.835.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 6,728% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury menanjak di pekan keduanya.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Februari 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Bank Indonesia meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan tetap kuat dan berpotensi lebih tinggi didorong kenaikan ekspor serta semakin membaiknya permintaan domestik khususnya konsumsi swasta. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 tercatat 5,31% (yoy), jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,70% (yoy).

Untuk tahun 2023, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mencatat surplus US$ 3,87 miliar. Artinya, tercipta surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Berdasarkan data transaksi 13-16 Februari 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp4,62 triliun. Transaksi terdiri dari jual neto Rp3,52 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp1,10 triliun di pasar saham.

===

 

Para pembaca barangkali telah melihat bahwa isyu kebijakan moneter dari sejumlah bank sentral global -terutama the Fed- begitu kerap mewarnai dan menggerakkan pasar. Kadang mendatangkan bearish pasar, kadang mendorong rally-nya. Isyu suku bunga -pengetatan atau berlanjutnya kenaikan- di antara kekhawatiran atas risiko resesi ekonomi global merupakan sebagian major fundamental yang menjadi penggerak utama pasar. Pergolakan ekonomi dunia ditambah isyu geopolitik nampaknya masih akan terus berlangsung dengan berbagai dinamikanya.

Kita juga akan melihat sejumlah isyu lain yang dapat menggerakkan pasar nantinya. Vibiznews.com akan menjadi partner Anda sebagai investor dalam memantau tiap-tiap pergerakan pasar secara updated dan detail.  Baiklah, terima kasih karena telah bersama kami karena kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting