Saham-Saham yang Anjlok Paska Rencana Pemerintah Hapus Insentif Pajak bagi Investasi Baru Smelter Nikel

647
smelter

(Vibiznews – IDX Stocks) – Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, mengatakan kepada media bahwa pemerintah Indonesia berencana menghapus insentif pajak (tax holiday) bagi investasi baru smelter nikel berteknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Rencana ini ditujukan untuk mendorong hilirisasi produk nikel dengan kualitas yang lebih tinggi.

Septian mengatakan penghentian insentif pajak smelter RKEF baru akan diterapkan dalam waktu dekat dan penghapusan insentif pajak hanya berlaku bagi smelter RKEF baru dan tidak berdampak bagi smelter RKEF existing.

Pernyataan Septian hanya berselang sepekan setelah Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah berencana untuk menghapus tax holiday bagi investasi ke produk nickel pig iron (NPI). Bahlil menyebut bahwa hilirisasi nikel di Indonesia setidaknya harus menghasilkan produk dengan kandungan nikel sebesar 60–70% dan tidak hanya untuk produk antara (intermediate product).

Smelter RKEF sendiri menghasilkan produk NPI dan feronikel, yang merupakan bahan baku untuk pembuatan stainless steel.

Sejak melarang ekspor bijih nikel pada 2020, Indonesia mencatatkan lonjakan investasi smelter nikel. Namun, jumlah smelter di Indonesia saat ini masih didominasi oleh smelter RKEF, dan bukan smelter high pressure acid leaching (HPAL) yang menghasilkan produk nikel untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.

Berdasarkan data dari Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) pada akhir 2022, Indonesia sudah memiliki 43 smelter berteknologi RKEF. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan smelter HPAL yang hanya berjumlah 4.

Selain berencana menghapus insentif pajak smelter RKEF baru, pemerintah juga memutuskan untuk menunda penetapan bea keluar ekspor komoditas hasil olahan bijih nikel saprolit seperti NPI dan feronikel. Awalnya, bea keluar ekspor tersebut rencananya akan mulai diterapkan pada 2023. Namun, pemerintah menunda penerapan bea keluar ekspor karena harga nikel terus melandai hingga pertengahan 2023.

Pelemahan harga nikel sendiri disebabkan oleh oversupply. International Nickel Study Group (INSG) memperkirakan surplus nikel global sebesar 239.000 ton pada tahun ini (vs. 2022: surplus 105.000 ton), terbesar dalam 1 dekade terakhir.

Peningkatan surplus didorong pertumbuhan produksi nikel dari Indonesia yang tercatat naik 44% selama 2M23, menurut data INSG. INSG memperkirakan penggunaan nikel global naik 6,3% pada 2022 dan memperkirakan bahwa tahun ini akan menyamai level tersebut.

Penghapusan insentif pajak untuk investasi baru smelter RKEF diharapkan dapat mendorong minat investor untuk berinvestasi ke pembangunan smelter HPAL.

Menurut Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin Lengkey, intensifikasi investasi smelter HPAL bakal menjamin keberlangsungan pasokan bahan baku dari tahap prekursor menuju baterai katoda yang saat ini masih minim. Selain itu, Meidy juga menyebut bahwa moratorium smelter RKEF dapat mengurangi permintaan bijih nikel saprolit yang saat ini cadangannya hanya dapat bertahan 7–10 tahun.

Di BEI sendiri, hanya PT Trimegah Bangun Persada Tbk dengan kode saham NCKL yang saat ini menjadi emiten pengolah nikel dengan smelter HPAL yang sudah beroperasi. Sementara itu, smelter HPAL milik emiten lain seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) masih dalam tahap pembangunan.

Saham emiten yang bergelut di bisnis nikel kompak bergerak di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (5/5) bahkan beberapa di antaranya bahkan anjlok hingga menyentuh level Auto Rejection Bawah (ARB).

Pertama kita lihat saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk dengan kode saham NCKL yang harga sahamnya tergerus 6,96% ke posisi Rp 1.270. Begitu juga dengan harga saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang mengalami penurunan 6,96% ke harga Rp 3.610 per lembar saham.

Berikutnya harga saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) turut ambles dengan pelemahan 6,12% ke harga Rp 1.380. Saham emiten nikel plat merah, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga ikut memerah 4,23% menuju harga Rp 2.040 per lembarnya.

Anak usaha MDKA, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turut melemah, turun 1,86% ke harga Rp 790. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tak ketinggalan, merosot 0,36% ke harga Rp 7.000 per lembar saham.

Rencana pemerintah untuk memotong insentif pajak disinyalir ikut menjadi katalis yang menyeret harga saham emiten nikel. Rencana pemotongan insentif pajak itu dimaksudkan untuk membatasi investasi pada produk nikel berkualitas rendah.

Seperti dilaporkan Reuters, pemerintah akan terus fokus pada industri pemrosesan sumber daya alam tetapi ingin menghemat cadangan nikel.

Dengan cadangan terbesar di dunia, Indonesia ingin nikelnya bisa diolah untuk produk bernilai lebih tinggi seperti bahan yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik.

Sejak pelarangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020, Indonesia telah mengalami lonjakan investasi smelter. Namun sebagian besar hasilnya adalah feronikel atau nickel pig iron (NPI), yang digunakan dalam baja tahan karat yang biasanya hanya mengandung 30% hingga 40% nikel.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah tidak akan lagi memberikan tax holiday untuk investasi ke NPI. Menurut Bahlil. hilirisasi setidaknya harus mencapai 60% hingga 70% kandungan nikel di Indonesia dan tidak hanya untuk produk antara.

“Investasi NPI bisa break even dalam empat tahun sampai lima tahun, kenapa kita berikan tax holiday 10 tahun? Itu tidak fair,” kata Bahlil, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/5).

Selasti Panjaitan/Vibiznews/Head of Wealth Planning