Pasar Terkoreksi dari Rekor, Waktunya Konsolidasi? — Domestic Market Outlook, 15-20 January 2024

487
Vibizmedia Picture

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan pekan kedua 2024 mengalami koreksi, termasuk IHSG yang turun dari level rekor tertingginya.
  • Cadangan devisa Indonesia Desember 2023 dilaporkan meningkat mencapai 146,4 miliar dolar AS.
  • Arus modal keuangan berbalik ke luar (capital outflow) sepekan ini agak terbatas, sekitar Rp1,6 triliun.
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis penjualan ritel pada hari Rabu mendatang.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 15-20 January 2024.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau terkoreksi setelah rally panjang 10 pekan ke level rekor tertinggi, digerus aksi profit taking investor dan bergerak fluktuatif masuk dalam rentang konsolidasi. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya mixed dengan Nikkei bertengger di level 34 tahun tertingginya. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 1,49%, atau 109,481 poin, ke level 7.241,138. Untuk minggu berikutnya (8-12 Januari 2024), IHSG kemungkinan akan lebih konsolidatif dengan bias menguat lanjutkan uptrend, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.390 dan 7.401. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.156, dan bila tembus ke level 7.093.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah di minggu keduanya, ke sekitar sebulan terendahnya, di tengah kuatnya dollar serta capital outflow di pasar SBN sekitar Rp3,2 triliun, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,34% ke level Rp 15.573. Sementara, dollar global bertahan dengan sideways di sekitar sebulan tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan lanjutkan uptrend, atau kemungkinan rupiah dalam bias melemah secara bertahap, dalam range antara resistance di level Rp15.587 dan Rp15.677, sementara support di level Rp15.470 dan Rp15.380.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau stabil secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik tipis yield obligasi dan berakhir ke 6,658% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury tampak balik menurun seminggu ini.

===

Bank Indonesia melaporkan bahwa kinerja penjualan eceran pada Desember 2023 diprakirakan tetap kuat. Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember sebesar 217,9 atau secara tahunan tumbuh 0,1% (yoy), didorong oleh meningkatnya pertumbuhan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta Makanan, Minuman, dan Tembakau. Secara bulanan, penjualan eceran juga diprakirakan meningkat, dengan pertumbuhan sebesar 4,8% (mtm).

Selain itu, BI melaporlkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023 tercatat sebesar 146,4 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar 138,1 miliar dolar AS. Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Berdasarkan data transaksi 8 – 11 Januari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp1,61 triliun terdiri dari jual neto Rp3,21 triliun di pasar SBN, beli neto Rp2,08 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,48 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

===

 

Tahun yang baru 2024 ini memberikan harapan baru, setelah tahun sebelumnya merupakan tahun yang bergejolak dan memberi sejumlah kejutan pasar. Tentunya, tidak ada janji bahwa tidak akan ada lagi gejolak di tahun ini. Situasi geopolitik dunia memanas di awal tahun yang biasanya berpengaruh terhadap dinamika harga pasar. Estimasi seberapa cepat penurunan suku bunga the Fed mewarnai pasar global pada permulaan tahun, yang memunculkan gejolak sentimen baru di pasar investasi.

Harapan baru bagi kita bukanlah tenangnya pasar. Bukan. Itu tidak akan pernah terjadi, di samping pasar jadi tidak menarik lagi dalam keserbatenangannya. Harapan itu ada pada penguasaan pengetahuan dinamika pasar yang semakin baik. Untuk hal ini, teman setia investasi Anda siapa lagi kalau bukan vibiznews.com? Terima kasih bagi Anda semuanya, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting