(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau anjlok lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Rabu (29/5/2024). Setelah kemarin sempat melesat lebih dari 1%.
Per pukul 10:23 WIB, IHSG anjlok 1,36% ke posisi 7.155,13. IHSG kembali menyentuh level psikologis 7.100, setelah kemarin berhasil bangkit ke level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks cukup tinggi pada sesi I hari ini. Berdasarkan pantauan sudah mencapai sekitar Rp 4,8 triliun dengan melibatkan 6 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 435.986 kali.
Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 2,14%. Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.
- BREN -43,4 poin
- BMRI -16,0 poin
- BBRI -11,7 poin
- BBNI – 6,5 poin
- BBCA – 5,3 poin
Saham energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini.
Angkanya yakni hingga mencapai 43,4 indeks poin.
Suspensi saham BREN kembali dibuka oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per sesi I hari ini. Tetapi saham BREN diperdagangkan pada hari ini menggunakan sistem full call auction (FCA).
Hal ini dikarenakan saham BREN sudah masuk ke dalam papan pemantauan khusus, setelah suspensi keduanya pada Senin kemarin.
Akibatnya sejak pembukaan perdagangan sesi I hari ini, saham BREN langsung menyentuh auto reject bawah (ARB). Saham BREN sendiri anjlok 10% ke posisi Rp 10.125/unit.
Dengan besarnya kapitalisasi pasar BREN, maka wajar jika saham Prajogo tersebut ambruk parah, juga berdampak parah ke IHSG. Sedangkan empat saham yang juga menjadi kontribusi menekan IHSG adalah bank-bank papan atas di Indonesia yaitu, Mandiri, BRI, BNI dan BCA.
Di sisi lain, IHSG ambruk di tengah melonjaknya imbal hasil (yield) Treasury AS hingga menyentuh level tertinggi dalam beberapa pekan terakhir. Setelah lemahnya lelang utang pemerintah AS.
Yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik 7,5 basis poin menjadi 4,548%. Setelah lelang surat utang 5 tahun Departemen Keuangan AS senilai US$ 70 miliar dipenuhi dengan permintaan yang rendah.
Belinda Kosasih/ VBN/ Managing Partner Vibiz Consulting