IHSG Bangkit, Rupiah Terperosok; Pasar akan ke Mana? — Domestic Market Outlook, 24-28 June 2024

291
Vibizmedia Picture

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan di minggu lewat ini memberikan kinerja variatif, dengan IHSG rebound kuat, namun rupiah terperosok ke level 4 tahun lebih terendahnya.
  • Tekanan datang di antaranya dari the Fed yang masih bersikap hawkish.
  • Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 6,25%.
  • Neraca perdagangan bulan Mei kembali surplus, di bulannya yang ke-49.
  • Pekan mendatang minim data ekonomi yang menjadi perhatian pasar.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 24-28 June 2024.

===

Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir dengan rebound kuat, meninggalkan posisi oversold di 8 bulan lebih terendahnya, didorong oleh ekspektasi pasar bahwa the Fed akan mulai memangkas suku bunganya di tahun ini, serta setelah BI mempertahankan suku bunga BI Rate 6,25% dan meyakini pertumbuhan ekonomi RI yang resilien. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 2,16%, atau 145,146 poin, ke level 6.879,978. Untuk minggu berikutnya 24-28 Juni 2024, IHSG kemungkinan agak konsolidatif dengan bias agak terkoreksi, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.929 dan 6.994. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.698, dan bila tembus ke level 6.639.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu terperosok di minggu keduanya ke level 4 tahun lebih terendahnya sejak April 2020, terlemah sejak era pandemi, di tengah Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 6,25%, dan the Fed yang masih hawkish, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,43% atau 71 poin ke level Rp 16.466. Sementara, dollar global menguat ke sekitar 7 minggu tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan di uptrend-nya, atau kemungkinan rupiah masih bearish dengan bias konsolidatif, dalam range antara resistance di level Rp16.502 dan Rp16.575, sementara support di level Rp16.345 dan Rp16.190.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik tipis yield obligasi dan berakhir ke 7,115% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing yang terbatas di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau rebound sempit setelah 2 minggu tertekan.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%.

Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

 

Menurut BI, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian global, didukung oleh bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah. Konsumsi swasta tumbuh baik seiring dengan terjaganya daya beli dan kuatnya keyakinan konsumen.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5%.

 

BPS melaporkan Neraca Perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali surplus sebesar USD2,93 miliar atau sekitar Rp47,9 triliun. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 49 bulan berturut-turut.

 

Berdasarkan data transaksi 19 – 20 Juni 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp0,78 triliun terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di SBN dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

===

 

Berita pasar, apakah isyu dari kawasan Amerika, Eropa, atau dari the Federal Reserve, acapkali memengaruhi pasang surutnya pasar investasi. Satu saat sepertinya memberi harapan, pada kesempatan lain memutuskan ekspektasinya. Sangat tidak menentu. Sering juga spekulasi pasar terbentuk untuk menggerakkan pasar itu sendiri. Kita tidak menyalahkan pasar atas hal tersebut. Pasar tidak pernah salah. Kita, sebagai investor, yang harus mengerti siapa pasar, apa perilakunya dan psikologinya, serta bagaimana penyebabnya.

Vibiznews.com dapat menjadi pendukung bagi Anda untuk memahami pasar investasi lebih baik. Bagi Anda kami selalu hadir mendampingi. Saat ini, kami sampaikan terimakasih kepada para pembaca yang telah bersama terus dengan kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting