(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka berakhir naik pada hari Kamis seiring penurunan inflasi AS, memperkuat harapan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunganya pada akhir tahun ini.
Harga minyak mentah berjangka WTI AS kontrak Agustus berakhir pada $82,62 per barel, naik 52 sen, atau 0,63%.
Harga minyak mentah berjangka Brent kontrak September berakhir pada $85,40 per barel, naik 32 sen, atau 0,38%.
Inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen turun 0,1% dari Mei hingga Juni, menempatkan tingkat inflasi 12 bulan sebesar 3%, mendekati level terendah dalam lebih dari tiga tahun, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.
Pasar memperkirakan Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga pada bulan September. Suku bunga yang lebih rendah biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi, yang dapat meningkatkan permintaan minyak mentah.
Prospek inflasi dan suku bunga menutupi sinyal beragam mengenai permintaan minyak tahun ini. Badan Energi Internasional mengatakan pertumbuhan permintaan global turun menjadi 710.000 barel per hari tahun ke tahun pada kuartal kedua, peningkatan paling lambat sejak kuartal keempat tahun 2022, karena konsumsi di Tiongkok mengalami kontraksi.
IEA memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global rata-rata akan berada di bawah satu juta barel per hari pada tahun 2024 karena pertumbuhan ekonomi di bawah standar, efisiensi energi yang lebih besar, dan penggunaan kendaraan listrik.
Sedangkan OPEC jauh lebih optimis, memperkirakan pertumbuhan permintaan sebesar 2,2 juta barel per hari karena kartel tersebut melihat pertumbuhan ekonomi yang solid sebesar 2,9% tahun ini.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga minyak akan mencermati data inflasi harga produsen AS bulan Juni, yang jika terealisir naik, akan dapat menguatkan dolar AS dan menekan harga minyak. Harga minyak AS diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $83,29-$83,96. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support $81,79-$80,96.
