(Vibiznews – Forex) – Posisi dolar AS semakin kuat hingga pekan lalu sekalipun berakhir koreksi untuk posisi indeks dolar, sebagian besar diuntungkan oleh unggulnya jajak pendapat Donald Trump untuk menangkan pilpres Presiden AS 2024.
Pekan lalu secara mingguan posisi dolar melanjutkan penguatan 2 pekan berturut sebelumnya, naik 0,54% secara indeks. Secara bulanan posisi indeks dolar melonjak hingga 2,78%.
Pekan lalu penguatan dolar AS mendapat sentimen positif dari proses pemilihan Presiden di Amerika Serikat, dimana dolar bereaksi ketika Trump unggul dalam jejak pendapat jelang pilpres AS di negara bagian kunci seperti Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, North Carolina, Georgia, Arizona, dan Nevada.
Negara bagian kunci merupakan negara bagian di AS yang tidak cenderung secara konsisten memilih kandidat dari salah satu dari 2 partai besar ; Republik atau Demokrat. Negara bagian ini sering kali menjadi penentu hasil pemilihan presiden AS.
Sebagai informasi pemilihan Presiden Amerika Serikat untuk periode 2024-2028 akan diselenggarakan tanggal 5 November 2024.
Pemilihan Presiden AS Mampu Mengubah Arah Dolar
Dolar AS merupakan mata uang cadangan dunia yang disukai untuk alokasi bank sentral, pembiayaan perdagangan global, pinjaman lintas batas, dan penerbitan utang global.
Bank sentral dan lembaga keuangan global menyimpan cadangan dolar untuk digunakan dalam perdagangan internasional. Dolar AS juga telah mendominasi mata uang lain selama dekade terakhir.
Namun, pemilu dan pemilihan Presiden AS berarti perubahan karena seorang Presiden AS memiliki keleluasaan yang signifikan atas kebijakan perdagangan, tidak seperti bidang kebijakan lainnya.
Untuk pemilihan Presiden AS bulan November nanti terdapat 2 kandidat yaitu Kamala Harris yang merupakan Wakil Presiden Petahana dan kandidat berikutnya adalan Donald Trump yang merupakan mantan Presiden AS ke-45.
Skenario Kemenangan Kamala Harris Membebani Dolar
Di bawah kepemimpinan Harris, kebijakan fiskal akan lebih terkendali dibandingkan dengan pemerintahan Trump karena melanjutkan kebijakan pemerintahan Biden.
Pemotongan pajak yang lebih sedikit dan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pengeluaran pemerintah kemungkinan akan menentukan strategi ekonominya.
Meskipun hal ini dapat membantu menahan inflasi, hal ini juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Kemenangan Kamala Harris akan berarti lebih sedikit pemotongan pajak dan lebih banyak kenaikan pajak mulai tahun 2026 karena kebijakan fiskal akan bertujuan untuk stabilitas jangka panjang daripada stimulus langsung.
Kebijakan ini akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih sedikit dan pada gilirannya membebani dolar.
Jika inflasi terus menurun dan Federal Reserve mengisyaratkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut, dolar AS dapat melemah lebih jauh.
Skenario Kemenangan Trump dapat Meninggikan Dolar AS
Kemenangan Trump akan melakukan pemotongan pajak untuk perorangan, diperkirakan akan menelan biaya hampir $4,6 triliun selama 10 tahun ke depan menurut Congressional Budget Office.
Namun pemotongan pajak juga bersifat inflasioner karena menyebabkan peningkatan pengeluaran yang mengangkat dolar AS.
Selain itu pemotongan pajak dapat menyebabkan imbal hasil yang lebih tinggi pada obligasi pemerintah AS 10 tahun karena langkah tersebut dapat menunjukkan bahwa negara tersebut tidak dapat membayar tagihannya.
Jika itu terjadi, suku bunga dapat meningkat dan pastinya akan tinggikan dolar AS.
Dari sisi perdagangan, kemenangan Trump akan memprioritaskan manufaktur dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada kesepakatan perdagangan, mengesampingkan Organisasi Perdagangan Dunia, dan menerapkan tarif pada barang-barang asing.
Dalam kampanyenya Trump akan mengenakan tarif 60% pada impor Tiongkok dan bea masuk 10% pada impor dari seluruh dunia. Kebijakan ini kemungkinan akan meningkatkan inflasi dan menimbulkan keraguan pada pemotongan suku bunga.
Lihat: Dolar AS Mengalami Kenaikan Setelah Trump Menjanjikan Tarif Impor Asing Lebih Tinggi
Kebijakan tarif impor ini akan membuat AS mengimpor lebih sedikit, Tiongkok dan zona euro akan merasakan dampaknya pada ekonomi mereka dan berpotensi harus memangkas suku bunga dan mata uang rival dolar akan melemah.
Demi menjaga mata uang cadangan dunia, Trump juga berjanji akan menghukum negara-negara yang beralih dari penggunaan dolar AS dengan mengenakan tarif 100%.
Perang dagang yang berkepanjangan terhadap Tiongkok dan kawasan lain akan membebani sentimen risiko global, sehingga semakin mendukung kekuatan dolar AS.
Langkah-langkah ini kemungkinan akan merangsang aktivitas ekonomi tetapi juga mendorong inflasi lebih tinggi, karena kebijakan fiskal yang lebih longgar cenderung memicu permintaan dan tekanan ke atas pada harga.
Kebijakan Trump ini dapat meningkatan pertumbuhan ekonomi AS , tetapi risiko inflasi akan meningkat.
Trump juga akan mengontrol imigrasi yang lebih ketat dapat membatasi pasokan tenaga kerja, sehingga mendorong upah lebih tinggi. Faktor-faktor ini kemungkinan akan meningkatkan imbal hasil obligasi, yang pada gilirannya dapat mendukung dolar AS.
Efek Kemenangan Trump Tahun 2016 Terhadap Dolar
Dolar AS menguat dalam beberapa bulan setelah kemenangan mengejutkan Trump pada tahun 2016 atas kandidat Demokrat Hillary Clinton.
Sementara itu pada tahun 2018 dan 2019, ketika pemerintahan Presiden Trump mengenakan tarif pada ribuan produk, dolar AS menguat karena dampak ketidakpastian pada konsumsi, investasi, kebijakan moneter, dan permintaan risiko, serta depresiasi mata uang yang didorong oleh kebijakan oleh mitra dagang AS.
Proyeksi Teknikal Indeks Dolar Pekan 21-25 Oktober 2024
Setelah pekan lalu indeks dolar sempat menyentuh posisi 103,68, dalam jangka pendek diperkirakan masuki koreksi terbatas. Untuk kisaran support dan resisten pekan ini, support berada di 103,50, 103,30 dan 103,00, sementara itu resisten berada di 103,80, 104,00 dan 104,30.