(Vibiznews – Commodity) Harga kakao di bursa komoditi berjangka New York pada hari Selasa berakhir melonjak tertinggi dalam 3-1/2 minggu terpicu kondisi kering di Afrika Barat.
Harga kakao berjangka kontrak bulan Desember 2024 berakhir melonjak 7,8% pada $7.867 per ton.
Kondisi kering di Afrika Barat diperkirakan akan menghambat produksi kakao di wilayah tersebut. Prakirawan Maxar Technologies mengatakan sebagian wilayah Ghana dan Nigeria mengalami cuaca kering dan panas yang dapat memengaruhi pertengahan panen kakao, yang secara resmi dimulai pada bulan April.
Juga tanda-tanda kualitas kakao yang lebih rendah mendorong harga karena biji kakao yang baru dipanen di Pantai Gading menandakan kualitas yang lebih rendah, dengan jumlah sekitar 105 biji per 100 gram. Regulator kakao Pantai Gading mengizinkan eksportir untuk membeli biji kakao sebanyak 80 hingga 100 atau sedikit lebih banyak untuk setiap 100 gram, dengan kakao kualitas terbaik memiliki jumlah yang lebih sedikit.
Pendorong harga lainnya adalah menurunnya persediaan kakao global. Persediaan kakao yang dipantau ICE yang disimpan di pelabuhan AS telah menunjukkan tren penurunan selama 17 bulan terakhir dan turun ke level terendah dalam 19 tahun pada hari Selasa sebesar 1.690.008 karung.
Kakao juga mendapat dukungan dari Kamis lalu ketika CEO Barry Callebaut, salah satu produsen cokelat terbesar di dunia, mengatakan bahwa meskipun panen kakao di Afrika Barat menunjukkan “peningkatan signifikan dibandingkan tahun lalu,” namun masih belum mencapai level yang terlihat pada musim 2022/23.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga kakao akan mencermati perkembangan cuaca di Afrika Barat, yang jika masih dalam kondisi kering, akan menguatkan harga kakao. Namun perlu dicermati upaya profit taking setelah harga kakao melonjak tinggi. Harga kakao diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $8.107-$8.347. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support $7.476-$7.085.
