(Vibiznews – Commodity) Harga kakao di bursa komoditi berjangka New York ditutup melonjak pada hari Rabu, mencatat rekor tertinggi sepanjang masa prospek panen kakao Afrika Barat yang memburuk.
Harga kakao berjangka kontrak bulan Maret 2025 berakhir melonjak 6,80% pada $12.565 per ton.
Kondisi kering di Afrika Barat akan mengganggu perkembangan awal panen kakao pertengahan tahun yang dipanen pada bulan April dan kedatangan angin musiman Harmattan dapat memperburuk situasi, demikian Maxar Technologies memperingatkan.
Yang juga menaikkan harga adalah persediaan kakao yang dipantau ICE yang disimpan di pelabuhan AS telah mengalami tren penurunan selama 1-1/2 tahun terakhir dan turun ke level terendah dalam 20 tahun pada hari Rabu sebesar 1.400.760 kantong.
Juga kenaikan harga kakao terjadi dengan tindakan Asosiasi Kakao Internasional (ICCO) pada 22 November untuk menaikkan estimasi defisit kakao global 2023/24 menjadi -478.000 MT dari -462.000 MT pada Mei, defisit terbesar dalam lebih dari 60 tahun. ICCO juga memangkas estimasi produksi kakao 2023/24 menjadi 4.380 MMT dari 4.461 MMT pada Mei, turun -13,1% thn/thn. ICCO memproyeksikan rasio stok/penggilingan kakao global 2023/24 sebesar 27,0%, terendah dalam 46 tahun.
Hujan lebat di Afrika Barat telah menyebabkan laporan tingkat kematian kuncup kakao yang tinggi di pohon dan mendorong harga kakao naik tajam. Hujan lebat di Pantai Gading juga telah membanjiri ladang, meningkatkan risiko penyakit, dan memengaruhi kualitas tanaman.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga kakao dapat bergerak naik dengan menyusutnya pasokan dan produksi akibat panen yang memburuk dan adanya angin musiman harmattan yang dapat menggangu produksi. Namun perlu diwaspadai upaya profit taking dan juga penguatan dolar AS yang dapat menekan harga kakao. Harga kakao diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $13.019-$13.473. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support $12.023-$11.481.
