Gejolak Tarif Global : Siapkah Pasar Menghadapi Perubahan Tarif ?

721
wall street amerika
  1. Apa Itu Tarif dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Tarif adalah pajak atau bea yang dikenakan pada barang impor dengan tujuan utama melindungi industri domestik dari persaingan luar negeri serta meningkatkan pendapatan negara. Secara teori, tarif membuat produk impor lebih mahal, sehingga konsumen cenderung memilih produk dalam negeri.

Contohnya, jika pemerintah AS memberlakukan tarif 10% untuk mobil Jepang, harga mobil seharga $50.000 akan naik menjadi $55.000. Kenaikan harga ini membuat mobil buatan AS lebih kompetitif dibandingkan mobil Jepang.

  1. Alasan Pemerintah Menerapkan Tarif

Berbagai negara menerapkan tarif dengan alasan yang berbeda, antara lain:

A. Meningkatkan Pendapatan Negara

  • Sebelum pajak penghasilan diberlakukan pada awal abad ke-20, tarif merupakan sumber utama pendapatan pemerintah AS.
  • Negara berkembang masih sangat bergantung pada tarif. Sebagai contoh, pada 2021, tarif rata-rata di Djibouti, Gambia, dan Belize lebih dari 17%, sementara di AS hanya 1,5%.

B. Melindungi Industri dan Tenaga Kerja Domestik

  • Tarif melindungi produsen dalam negeri dari persaingan luar negeri dengan membuat produk impor lebih mahal.
  • Contoh historis: Undang-Undang Smoot-Hawley tahun 1930 menaikkan tarif hingga 60% untuk melindungi petani AS setelah Depresi Besar.

C. Keamanan Nasional

  • Beberapa negara menerapkan tarif untuk mengurangi ketergantungan pada negara asing, terutama untuk barang strategis seperti baja dan aluminium yang digunakan dalam industri pertahanan.
  • Donald Trump pernah menaikkan tarif baja dan aluminium dengan alasan keamanan nasional.

D. Mengendalikan Praktik Perdagangan yang Tidak Sehat

  • Tarif dapat digunakan untuk mencegah praktik perdagangan seperti “dumping” (menjual barang di bawah harga produksi untuk mematikan pesaing).

E. Retaliasi dalam Perang Dagang

  • Jika suatu negara memberlakukan tarif pada negara lain, negara yang terkena dampak sering kali merespons dengan tarif balasan.
  • Contoh: Perang dagang AS-China sejak 2018, di mana China menerapkan tarif 15%-25% pada 94 produk pertanian AS setelah Trump mengenakan tarif terhadap barang-barang China.

  1. Dampak terhadap Perdagangan Internasional dan Rantai Pasokan Global

Ketidakpastian tarif mengubah pola perdagangan global dan memaksa perusahaan untuk menyesuaikan rantai pasok mereka.

A. Gangguan pada Perdagangan Global

  • WTO ( World Trade Organization ) melaporkan bahwa perdagangan barang global melambat selama periode perang dagang AS-China.
  • Negara dengan ekonomi terbuka (seperti Singapura, Jerman, dan Korea Selatan) paling terdampak oleh ketegangan tarif.

B. Relokasi Produksi dan Rantai Pasok

Perusahaan multinasional merespons ketidakpastian tarif dengan memindahkan produksi ke negara lain:

  • Apple dan Samsung mengurangi ketergantungan pada manufaktur China dan mengalihkan sebagian produksi ke Vietnam dan India.
  • Produsen mobil Jepang dan Eropa mengalihkan investasi dari AS ke Meksiko dan Asia Tenggara.

4. Dampak Ketidakpastian Tarif terhadap Pasar dan Ekonomi

A. Pasar Saham

  • Ketidakpastian tarif menyebabkan volatilitas pasar saham.
  • Sektor yang sangat bergantung pada perdagangan internasional (seperti otomotif dan teknologi) lebih rentan terhadap perubahan kebijakan tarif.

B. Pasar Mata Uang

  • Negara yang terkena tarif cenderung mengalami depresiasi mata uang karena ketidakpastian ekonomi.
  • Dalam perang dagang AS-China, yuan China mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
  • Dolar AS cenderung menguat selama perang dagang karena dianggap sebagai aset aman.

C. Harga Komoditas

  • Emas: Naik selama ketidakpastian tarif karena dianggap sebagai aset safe-haven.
  • Minyak: Dipengaruhi oleh ekspektasi permintaan global akibat gangguan rantai pasokan.
  • Produk pertanian: Tarif membebani ekspor komoditas seperti kedelai AS yang anjlok 63% dalam 10 bulan pertama 2018 akibat tarif balasan dari China.

D. Dampak pada Perusahaan dan Konsumen

  • Tarif meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor.
  • Perusahaan biasanya meneruskan kenaikan biaya kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi.
  • Contoh: Setelah tarif Trump, harga sepatu berbahan kanvas di AS naik dari $49,99 menjadi $60,98, sedangkan harga sepatu berburu naik dari $190 menjadi $231.

E. Inflasi dan Lapangan Kerja

  • Tarif dapat berkontribusi pada inflasi, tetapi efeknya biasanya terbatas pada sektor tertentu.
  • Peningkatan tarif baja dan aluminium pada 2018 menciptakan beberapa ribu lapangan kerja di sektor logam, tetapi industri lain seperti manufaktur dan pertanian mengalami PHK akibat kenaikan biaya bahan baku dan pembalasan dari negara lain.
  • Studi Peterson Institute menunjukkan bahwa setiap pekerjaan yang diselamatkan oleh tarif baja 2018-19 menelan biaya $900.000 per pekerja.

  1. Dampak Tarif terhadap Inflasi dan Kebijakan Moneter

1. Peningkatan Inflasi

Tarif meningkatkan biaya impor, yang dapat diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Hal ini dapat mempercepat inflasi di beberapa negara:

  • AS: Tarif pada barang China menyebabkan lonjakan harga barang elektronik, otomotif, dan produk rumah tangga.
  • Eropa: Tarif pada energi dan bahan baku dapat meningkatkan biaya produksi, mendorong kenaikan harga barang industri.
  • Negara berkembang: Negara dengan ketergantungan impor tinggi (misalnya, India dan Turki) lebih rentan terhadap tekanan inflasi akibat tarif.

2. Tantangan bagi Bank Sentral

Bank sentral di seluruh dunia menghadapi dilema akibat tarif:

  1. Jika inflasi meningkat, bank sentral mungkin harus menaikkan suku bunga untuk mengekang kenaikan harga.
  2. Jika pertumbuhan melambat, bank sentral mungkin harus memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi.
  • The Fed (Bank Sentral AS):
    • Tahun 2018-2019, The Fed menghadapi tekanan inflasi akibat tarif Trump.
    • Akhirnya, mereka menurunkan suku bunga tiga kali pada 2019 untuk meredam dampak ekonomi.
  • Bank Sentral Eropa (ECB):
    • Menggunakan kebijakan stimulus dan suku bunga negatif untuk mengimbangi dampak ketidakpastian perdagangan.

6. Dampak pada Perang Dagang AS-China

China kemungkinan akan merespons tarif baru dengan retaliasi, seperti yang terjadi pada 2018-2019. Berita terbaru Tiongkok membalas dengan tarif tambahan hingga 15% pada impor tertentu dari AS mulai 10 Februari .

Perusahaan multinasional mungkin semakin mempercepat diversifikasi rantai pasok ke negara-negara seperti Vietnam, Meksiko, dan India.

7. Risiko Terhadap Negara Berkembang

Negara berkembang menghadapi risiko besar dari ketidakpastian tarif karena:

  1. Ketergantungan pada ekspor: Negara seperti Meksiko dan Korea Selatan sangat bergantung pada ekspor ke AS dan China.
  2. Arus modal keluar: Ketika risiko meningkat, investor menarik modal dari negara berkembang ke aset yang lebih aman di AS dan Eropa.
  3. Depresiasi mata uang: Ketidakpastian tarif dapat melemahkan mata uang negara berkembang, meningkatkan biaya impor dan memperburuk inflasi.

8. Apakah Ketidakpastian Tarif Akan Berlanjut?

  • Hubungan AS-China: Ketegangan tetap tinggi dengan kebijakan tarif Biden dan potensi perubahan kebijakan jika Trump kembali memperketat tarif.
  • Brexit dan Kebijakan Perdagangan UE: Negosiasi pasca-Brexit masih berlanjut dan dapat mempengaruhi tarif antar negara Eropa.
  • Rantai Pasokan Global: Perusahaan semakin mengalihkan produksi ke negara dengan kebijakan tarif yang lebih menguntungkan.

Ketidakpastian tarif tetap menjadi risiko utama bagi pasar keuangan dan perekonomian global. Namun, investor yang memiliki strategi yang disiplin—melalui diversifikasi, pemilihan aset yang tepat, serta pemantauan kebijakan perdagangan—dapat mengelola risiko ini dengan lebih baik.

Untuk investor:

  • Diversifikasi portofolio ke aset safe-haven seperti emas dan obligasi.
  • Fokus pada perusahaan dengan rantai pasok yang fleksibel dan fundamental yang kuat.

Untuk pelaku bisnis:

  • Evaluasi ulang rantai pasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu negara tertentu.
  • Bersiap untuk volatilitas biaya bahan baku dan harga barang impor.