(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lalu variatif dengan bias penguatan.
- Pemerintah AS tetap memberlakukan tariff 32% atas Indonesia.
- Capital outflow berbalik ke luar sekitar Rp8 triliun dalam sepekan.
- Sentimen global saat ini sekitar dinamika negosiasi tariff AS menjelang efektif per 1 Agustus.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis BI Rate pada hari Rabu yang kemungkinan bertahan di 5,5%, serta data pertumbuhan kredit pada Kamis nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 14-18 July June 2025.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau rebound kuat ke level 3 minggu tertingginya, dalam rally 5 hari berturut-turut, dipimpin sektor kesehatan dan emiten perbankan. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini umumnya variatif. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 2,65%, atau 182,246 poin, ke level 7.047,438.
Untuk minggu berikutnya (14-18 Juli 2025), IHSG kemungkinan akan lebih konsolidatif di antara profit taking pendek, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 7.166 dan 7.240. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.838, dan bila tembus ke level 6.745.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah tipis dari posisi 5,5 bulan terkuatnya, di antara berbaliknya ke capital outflow –walau terbatas– di pasar SBN sekitar Rp0,2 triliun dalam sepekan. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,16% atau 26 poin ke level Rp 16.206 per USD. Sementara, dollar global menanjak ke 2,5 minggu terkuatnya.
Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan rangebound bias naik, atau kemungkinan rupiah dalam konsolidasi dengan bias koreksi, dalam range antara resistance di level Rp16.287 dan Rp Rp16.365, sementara support di level Rp16.159 dan Rp16.124.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik sedikit secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun perlahan yield obligasi dan berakhir ke level 6,563% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau menanjak di pekan keduanya.
===
Kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Juni 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 2,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, sehingga mencapai level 233,7.
Peningkatan tersebut terutama bersumber dari Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.
Berdasarkan data transaksi 7 s.d 10 Juli 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,90 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp5,41 triliun SRBI, Rp2,34 triliun di pasar saham dan Rp0,16 triliun di pasar SBN.
===
Dinamika pasar terus bergerak secara aktif, naik turun di pasar investasi. Perkembangan arah kebijakan moneter global, tingkat inflasi, ketetapan tariff antara AS dan mitra dagangnya, perang dan tensi geopolitik, dan seterusnya. Itu yang ramai terjadi dalam pasar financial global. Sering kali waktu kita terbatas untuk mencari arah pasar di antara banyak aktivitas rutin.
Kalau Anda tidak punya waktu banyak kesempatan untuk mengikuti dan memahami pergerakan pasar demikian, Vibiznews.com dapat membantu Anda sepenuhnya serta memanfaatkannya untuk keputusan investasi yang lebih akurat. Terima kasih telah bersama kami mengingat kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting



