ECB Pertahankan Suku Bunga, Investor Cari Petunjuk Arah Kebijakan 2026

187

(Vibiznews – Economy & Business) Bank Sentral Eropa (ECB) hampir dipastikan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan Kamis ini. Sementara pelaku pasar menimbang apakah lembaga tersebut akan mulai melonggarkan kebijakan moneter tahun depan. Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, yang kembali menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global.

Meskipun inflasi zona euro sempat naik di atas target, ECB tampaknya belum melihat alasan kuat untuk mengubah arah kebijakannya saat ini. Para ekonom menilai, dengan data ekonomi yang masih terbatas sejak pertemuan September lalu dan kondisi eksternal yang tidak pasti, ECB cenderung mengambil posisi “menunggu dan melihat” hingga pertemuan Desember mendatang, di mana pembaruan proyeksi inflasi dan pertumbuhan akan menjadi faktor penentu langkah selanjutnya.

Menahan Suku Bunga untuk Ketiga Kalinya

ECB diperkirakan akan mempertahankan suku bunga deposit di level 2% untuk ketiga kalinya secara beruntun. Keputusan ini konsisten dengan pandangan sebelumnya bahwa ekonomi kawasan euro masih berada di “posisi yang baik” dimana  cukup kuat untuk menahan tekanan eksternal, namun belum cukup stabil untuk mendorong pengetatan baru.

“Pertemuan pekan ini lebih bersifat transisi. Fokus utama pasar akan tertuju pada pertemuan pertengahan Desember, saat ECB memperbarui proyeksi ekonomi dan mungkin memberikan panduan lebih jelas tentang arah kebijakan tahun depan,” ujar Reinhard Cluse, Kepala Ekonom Eropa di UBS.

Sejak pertemuan terakhir, euro mengalami koreksi setelah sempat menguat 12% sepanjang tahun ini. Pelemahan tersebut sedikit meringankan tekanan inflasi yang sebelumnya berpotensi menurun akibat penguatan mata uang. Di sisi lain, dampak dari tarif baru AS terhadap barang-barang Eropa masih belum sepenuhnya terasa, sehingga ECB memilih menunggu bukti konkret sebelum mengambil tindakan.

Inflasi Di Atas Target Namun Masih Terkendali

Data terbaru menunjukkan inflasi zona euro naik ke 2,2% pada September, melampaui target 2% untuk pertama kalinya sejak April. Kenaikan ini terutama didorong oleh meningkatnya harga jasa dan perlambatan penurunan harga energi. Namun, bagi ECB, lonjakan ini bukan sinyal bahaya.

Angka tersebut sejalan dengan proyeksi internal ECB, yang memperkirakan inflasi akan melambat ke 1,7% pada 2026 dan tetap di bawah target hingga pertengahan 2027.

Dalam risalah rapat bulan September, mayoritas pembuat kebijakan justru menilai risiko inflasi kini “lebih condong ke sisi bawah” yang artinya kemungkinan inflasi melemah lebih besar daripada menguat. Penguatan euro dan tekanan disinflasi akibat ekspor murah dari Tiongkok menjadi faktor utama yang menekan prospek inflasi.

“Risiko inflasi jangka pendek jelas mengarah ke bawah, terutama karena efek disinflasi dari China yang berupaya menyalurkan surplus ekspor ke pasar Eropa,” ujar Paul Hollingsworth, Kepala Ekonom Pasar Maju di BNP Paribas. Ia menambahkan, stimulus fiskal Jerman memang berpotensi menimbulkan tekanan harga baru, tetapi efeknya kemungkinan baru terasa dalam jangka menengah.

Tarif AS-China dan Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif tambahan atas impor China. Langkah tersebut memicu kekhawatiran terhadap rantai pasok global dan memperkuat pandangan bahwa ECB mungkin akan kembali menurunkan suku bunga tahun depan untuk menopang permintaan domestik.

Data pasar uang menunjukkan peluang sekitar 50% untuk pemangkasan suku bunga pada 2025, turun dari sekitar 80% pada minggu sebelumnya. Penurunan ekspektasi ini disebabkan oleh dua faktor: data yang menunjukkan pemulihan aktivitas ekonomi zona euro pada kuartal IV, serta kenaikan harga minyak dunia yang dapat memperkuat tekanan inflasi.

Pada September lalu, nada hawkish dari ECB sempat membuat pasar menghapus ekspektasi pemangkasan suku bunga hingga 2026. Namun, dengan meningkatnya ketidakpastian global, sentimen pasar kini berbalik lebih berhati-hati.

Kebijakan ECB: Menjaga Fleksibilitas di Tengah Ketidakpastian

Meski pasar menunggu tanda-tanda pelonggaran kebijakan, pejabat ECB berulang kali menegaskan bahwa lembaga tersebut tidak akan menutup pintu untuk tindakan lanjutan, terutama jika risiko ekonomi memburuk.

Kepala Ekonom ECB, Philip Lane, menyatakan bahwa jika risiko ke arah penurunan meningkat, hal itu akan memperkuat alasan untuk menurunkan suku bunga “sedikit lebih rendah”. Sebaliknya, bila data menunjukkan penguatan ekonomi, ECB memiliki ruang untuk menahan kebijakan yang ada tanpa perlu terburu-buru menyesuaikan.

Lane juga memperingatkan bahwa perbankan zona euro dapat menghadapi tekanan pendanaan jika terjadi keketatan likuiditas dolar AS, mengingat sebagian besar lembaga keuangan Eropa masih sangat bergantung pada pembiayaan lintas mata uang.

“Dampak tarif AS terhadap ekspor Eropa, serta potensi meningkatnya perang dagang global, menjadi sumber risiko utama yang dapat menahan laju pertumbuhan,” ujar Jens Eisenschmidt, Kepala Ekonom Eropa di Morgan Stanley. Ia menambahkan bahwa perkembangan terbaru dalam hubungan AS-Tiongkok “menambah ketidakpastian terhadap kebijakan tarif 15% Uni Eropa” yang sedang dalam tahap evaluasi ulang.

Menunggu Sinyal dari Desember

Dengan inflasi yang mulai stabil dan data ekonomi yang masih fluktuatif, ECB tampaknya memilih strategi berhati-hati. Fokus kini bergeser ke pertemuan Desember, yang akan menjadi momen penting bagi pasar untuk menilai arah kebijakan berikutnya.

Analis memperkirakan bahwa pada pertemuan tersebut, ECB akan menyampaikan proyeksi ekonomi jangka menengah yang lebih rinci, termasuk pembaruan terhadap pandangan inflasi, pertumbuhan PDB, dan ekspektasi upah. Jika data menunjukkan pelemahan lanjutan, peluang pelonggaran kebijakan akan meningkat secara signifikan.

Namun, bila ekonomi zona euro menunjukkan ketahanan , terutama melalui peningkatan belanja konsumen dan pemulihan sektor jasa  dimanaECB bisa saja mempertahankan kebijakan saat ini hingga semester pertama 2025.

Menjaga Keseimbangan di Tengah Tekanan Eksternal

Keputusan ECB untuk menahan suku bunga pekan ini mencerminkan upaya menjaga keseimbangan antara stabilitas inflasi dan risiko perlambatan ekonomi. Di satu sisi, inflasi yang sedikit di atas target memberikan ruang bagi ECB untuk tidak segera melonggarkan kebijakan. Namun di sisi lain, ketegangan dagang global, potensi perlambatan ekspor, dan ketergantungan pada stimulus fiskal nasional menandakan risiko yang belum sepenuhnya hilang.

ECB kini menghadapi dilema klasik: menjaga kredibilitas kebijakan moneter yang ketat tanpa menekan momentum pertumbuhan ekonomi. Pasar menilai, jika kondisi global memburuk dan tekanan harga kembali turun, langkah pelonggaran suku bunga pada paruh pertama tahun depan menjadi kemungkinan yang nyata.

Hingga saat itu, ECB akan tetap berada dalam mode “siaga”, mengamati bagaimana dinamika global, mulai dari tarif AS-Tiongkok hingga likuiditas dolar yang membentuk arah kebijakan moneter Eropa berikutnya.

“ECB berada di posisi yang sulit,” kata Hollingsworth dari BNP Paribas. “Mereka harus menavigasi lingkungan global yang penuh ketidakpastian tanpa kehilangan kepercayaan pasar bahwa mereka masih memegang kendali terhadap inflasi dan stabilitas ekonomi.”

Dengan demikian, keputusan ECB pekan ini bukan sekadar jeda kebijakan, melainkan titik keseimbangan strategis dalam menghadapi dunia yang kembali diwarnai volatilitas geopolitik dan tekanan eksternal yang meningkat.