Fokus FOMC Nanti Malam : Mampukah The Fed Pangkas Suku Bunga Tanpa Data Inflasi?

1323

(Vibiznews – Economy & Business) Pasar keuangan global hari ini menempatkan satu agenda di puncak radar: rilis keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Oktober. Di tengah menguatnya ketidakpastian kebijakan moneter dan minimnya data resmi akibat penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan, dokumen ini dipandang sebagai salah satu referensi paling penting untuk membaca peluang pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada Desember.

Rapat FOMC terakhir digelar pada 28–29 Oktober. Dalam pertemuan tersebut, The Fed kembali memangkas suku bunga acuan federal funds rate sebesar 25 basis poin, untuk kedua kalinya tahun ini, sehingga berada di kisaran 3,75–4%. Kini, hasil rapat tersebut akan dirilis pada 19 November pukul 14.00 waktu setempat (ET), dan pasar berharap mendapatkan gambaran lebih konkret tentang perdebatan internal di dalam FOMC menjelang keputusan berikutnya pada 9–10 Desember.

Pada rapat Desember nanti, The Fed tidak hanya akan memutuskan arah suku bunga, tetapi juga mempublikasikan Summary of Economic Projections (SEP) serta grafik proyeksi suku bunga atau “dot plot”. Artinya, sinyal yang terbaca dari risalah kali ini akan menjadi jembatan penting menuju rapat yang berpotensi menentukan arah kebijakan moneter AS di awal tahun depan.

 

Keputusan Ditengah Kekosongan Data, Tantangan Unik bagi The Fed

Rapat FOMC Oktober berlangsung dalam konteks yang tidak biasa. Pemerintahan AS mengalami penutupan (government shutdown) selama 43 hari, menyebabkan tertundanya rilis berbagai data ekonomi resmi, termasuk inflasi dan angka ketenagakerjaan yang biasanya menjadi rujukan utama The Fed.

Kondisi ini menempatkan bank sentral dalam posisi sulit:

  • Di satu sisi, The Fed sedang berada dalam fase pelonggaran bertahap setelah periode pengetatan suku bunga yang cukup agresif.
  • Di sisi lain, tanpa data inflasi dan aktivitas ekonomi yang mutakhir, ruang untuk mengambil keputusan kebijakan tambahan menjadi lebih sempit.

Salah satu pertanyaan besar yang ingin dijawab pasar melalui risalah FOMC adalah: apakah para pembuat kebijakan merasa kekurangan data sehingga memilih untuk menunda pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember? Atau sebaliknya, apakah mereka menilai informasi yang tersedia—meski tidak lengkap—masih cukup untuk mempertahankan bias pelonggaran?

Powell: Pemangkasan Desember “Tidak Dijamin”

Dalam konferensi pers setelah rapat Oktober, Ketua The Fed Jerome Powell sudah memberi peringatan penting: pemangkasan suku bunga pada Desember tidak dijamin. Pernyataan ini menjadi sinyal awal bahwa konsensus di dalam FOMC tidak sekuat sebelumnya.

Powell menyebut adanya perbedaan pandangan yang cukup nyata di antara anggota FOMC mengenai langkah Desember, dengan meningkatnya dukungan terhadap pendekatan “wait-and-see” ketimbang langsung melanjutkan pemangkasan suku bunga.

Dari sudut pandang ekonomi makro, pernyataan ini mengindikasikan beberapa hal:

  • The Fed menyadari bahwa siklus pelonggaran moneter tidak bisa dijalankan secara otomatis tanpa mempertimbangkan dinamika inflasi.
  • Risiko pemangkasan yang terlalu agresif adalah kembalinya tekanan inflasi atau menguatnya ekspektasi inflasi, yang dalam jangka menengah dapat merusak kredibilitas kebijakan moneter.

 

Tanpa Data Inflasi Oktober, The Fed Makin Hati-Hati

Salah satu elemen penting dalam kalkulasi The Fed adalah data inflasi. Angka CPI AS untuk September, yang rilisnya tertunda hingga 24 Oktober, memberikan sedikit kelegaan:

  • Inflasi utama (headline CPI) tercatat lebih rendah dari perkiraan,
  • Core CPI yang mengeluarkan komponen pangan dan energi juga naik lebih rendah dari ekspektasi.

Secara teori, kombinasi ini mendukung argumentasi bahwa tekanan inflasi sedang mereda, dan membuka ruang bagi The Fed untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga tanpa mengorbankan stabilitas harga.

Namun situasi menjadi jauh lebih rumit ketika menyangkut data Oktober. Pejabat Gedung Putih mengindikasikan bahwa data inflasi yang seharusnya dirilis selama masa shutdown mungkin hilang secara permanen. Dengan kata lain, data CPI AS untuk Oktober sangat mungkin tidak akan pernah dipublikasikan.

Konsekuensinya cukup serius: Rapat FOMC Desember berpotensi berlangsung tanpa evaluasi angka inflasi terbaru yang biasanya menjadi tolok ukur utama. Ini memperkuat spekulasi bahwa sebagian anggota FOMC akan memilih sikap hati-hati dan menahan diri dari pemangkasan suku bunga tambahan hingga visibilitas terhadap inflasi membaik.

 

Saat the Fed Mengandalkan Sinyal Data Tenaga Kerja: Sumber Informasi yang Masih Tersisa

Meski data inflasi tersendat, masih ada kemungkinan data ketenagakerjaan dirilis pekan ini. Departemen Tenaga Kerja AS (Labor Department) dijadwalkan mempublikasikan data perekrutan dan tingkat pengangguran untuk September pada Kamis, 20 November.

Namun, keterbatasan data tetap menjadi isu. Labor Department belum merilis laporan mingguan klaim tunjangan pengangguran selama tujuh pekan berturut-turut. Padahal, initial jobless claims biasanya menjadi indikator awal yang penting untuk membaca tren pasar tenaga kerja.

Satu-satunya angka yang tersedia adalah klaim awal tunjangan pengangguran yang sempat dirilis untuk pekan yang berakhir 18 Oktober, yakni sebesar 232.000. Angka ini bertahan di atas rata-rata sejak akhir kuartal kedua, yang bisa diartikan sebagai tanda awal bahwa kondisi pasar tenaga kerja mulai sedikit melunak, meskipun belum menunjukkan pelemahan tajam.

Bagi The Fed, pasar tenaga kerja adalah bagian penting dari mandat ganda—di samping stabilitas harga. Jika data tenaga kerja mulai menunjukkan pelambatan, tekanan untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga tetap ada, sekalipun visibilitas inflasi terbatas.

 

Apa yang Dicari Pasar dari FOMC?

Di tengah minim nya data,  hasil FOMC kali ini akan dianalisis secara detail oleh pelaku pasar, ekonom, dan pengamat kebijakan. Beberapa hal kunci yang akan menjadi sorotan antara lain:

  1. Inflasi
    • Apakah mayoritas anggota FOMC menyampaikan kekhawatiran bahwa inflasi bisa kembali menguat?
    • Atau justru mereka mengakui bahwa tren disinflasi cukup solid sehingga ada ruang untuk pelonggaran lebih lanjut?
  2. Penilaian terhadap Pasar Tenaga Kerja
    • Sejauh mana The Fed melihat adanya pelambatan di pasar tenaga kerja?
    • Apakah ada kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan yang sudah dilakukan mulai menekan daya serap tenaga kerja dan pertumbuhan upah?
  3. Petunjuk tentang Desember
    • Apakah pemangkasan suku bunga Desember disebut sebagai skenario dasar (base case),
      atau hanya sebagai salah satu kemungkinan yang sangat bergantung pada data tambahan?

 

Hawkish atau Dovish? Pasar Menanti Sinyal FOMC

Bagi pasar keuangan, nada risalah FOMC akan berfungsi sebagai penentu arah ekspektasi dalam jangka pendek:

  • Jika risalah bernada lebih hawkish, peluang pemangkasan suku bunga Desember berpotensi turun lebih jauh. Imbal hasil obligasi bisa naik atau bertahan tinggi, dolar AS menguat, dan aset berisiko, termasuk emas dan saham, bisa menghadapi tekanan korektif.
  • Jika risalah justru terasa lebih dovish dari yang diasumsikan pasar saat ini, ekspektasi pemangkasan suku bunga Desember bisa kembali menguat. Hal ini dapat melonggarkan kondisi finansial, mendukung pergerakan logam mulia, dan memperkuat sentimen di pasar ekuitas.

Dari perspektif ekonomi makro, rilis risalah kali ini menandai fase penting dalam siklus kebijakan The Fed: apakah bank sentral siap menambah pelonggaran di tengah ketidakpastian data, atau memilih mempertahankan suku bunga lebih lama untuk menjaga kredibilitas dalam memerangi inflasi.

Dalam konteks tersebut, 19 November pukul 14.00 ET bukan sekadar jadwal rilis teknis, tetapi mungkin menjadi salah satu momen penentu narasi kebijakan moneter global menjelang pergantian tahun.