(Vibiznews-Banking)-Ekonomi global mengalami pertumbuhan yang melambat, akibat dari krisis Eropa, Amerika Serikat dan juga melambatnya pertumbuhan ekonomi China yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara di berbagai kawasan dunia.
Kebijakan Moneter yang sifatnya adalah melonggarkan system moneter dengan meningkatkan jumlah uang beredar menjadi pilihan bagi banyak negara untuk mendongkrak ekonominya.
Stimulus Moneter
Amerika Serikat menggelontorkan seri kebijakan pelonggaran moneter dengan Quantitative Easing 1,2 dan 3, juga dengan Operation Twist dimana tujuannya adalah menurunkan angka pengangguran dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
China yang semula enggan menggunakan kebijakan pelonggaran moneter, namun dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi maka pelonggaran dilakukan dengan penurunan interest rate ke 6% dan kebijakan reserve requirement (kewajiban cadangan minimum perbankan) untuk mendorong ekonomi lebih bergairah kembali.
Jepang yang mengalami banyak tragedi secara beruntun, baik Tsunami yang berlanjut dengan krisis listrik, banjir Thailand yang mengganggu produksi otomotif-nya, perang dagang dengan China akibat perselisihan pulau Diaoyu, serta tekanan menguatnya Yen membuat kebijakan tetap mempertahankan interest rate 0%.
Australia, RBA (Reserve Bank of Australia) menurunkan acuan suku bunga 25 basis poin menjadi 3.25%, guna mendorong sektor riil, khususnya komoditi dan pertambangan yang terpukul performa-nya akibat penurunan permintaan energi dari China, sehingga untuk mendongkrak performa maka digelontorkan kebijakan pelonggaran moneter.
Indonesia juga menjaga suku bunga rendah di tingkat 5.75%, hal ini untuk menjaga tingkat inflasi di ambang 3.5-5.5% pada tahun 2012-13, juga menahan defisit transaksi berjalan, untuk menahan trend ekspor yang cenderung melemah.
Dari paket-paket stimulus yang sedang diluncurkan ini, maka menurut pandangan saya, trend suku bunga global pada tahun 2012 hingga 2015 akan cenderung mempertahankan suku bunga rendah, khususnya tahun 2012-13 adalah tahap implementasi dari stimulus ini dalam upaya pelonggaran moneter dan tahun 2014-15 tahun evaluasi dari dampak kebijakannya.
US Interest Rate Forecast
Dampak Kebijakan
Kebijakan pelonggaran moneter dengan mekanisme penurunan suku bunga atau paling tidak mempertahankan pada tingkat yang rendah adalah upaya memicu rumah tangga untuk terus lebih banyak membelanjakan uangnya, sedang untuk dunia usaha adalah untuk terus memutarkan dananya agar lebih banyak investasi atau menambah perputaran perdagangan.
Rendahnya suku bunga membuat rumah tangga tidak diuntungkan bila menabung di bank, demikian juga sektor usaha akan memilih menambah investasi dan perputaran perdagangannya daripada mengendapkan dananya di bank.
Dengan sektor rumah tangga terus membelanjakan uangnya maka permintaan barang dan jasa akan terus meningkat, sehingga produksi barang dan jasa juga meningkat untuk memenuhi arus permintaan yang ada. Secara teori maka investasi yang meningkat dari sektor usaha disambut dengan peningkatan permintaan akan membuat pertumbuhan ekonomi terdorong, dimana dalam proses peningkatan produksi ini akan diperlukan lebih banyak tenaga kerja sehingga pengangguran juga akan menurun.
Selain untuk mendorong belanja dan investasi, pelonggaran moneter menekan nilai tukar mata uang lokal, karena peningkatan jumlah uang beredar membuat daya beli komparatif dibanding mata uang asing menjadi melemah, berakibat mendorong ekspor karena dengan harga jual yang sama dalam valuta asing, maka eksportir akan mendapatkan penghasilan dalam mata uang lokal yang lebih banyak, hal ini menambah keuntungan hasil dari pelemahan mata uang.
Namun efek sampingan dari kebijakan ini adalah tekanan inflasi, sebab dengan permintaan yang meningkat, maka harga-harga secara umum akan meningkat juga sampai mencapai keseimbangan baru dalam supply-demand.
Pilih Belanja atau Menabung
Bila kita ambil gambaran sederhana dari dampak kebijakan moneter ini bagi rumah tangga, maka pilihannya adalah dengan uang yang dimiliki, maka pilih menabung atau belanja ?
Definisi menabung yang disederhanakan adalah upaya memupuk dana dengan tambahan pendapatan bunga untuk bisa belanja lebih banyak dikemudian hari.
Bila suku bunga tinggi, maka tambahan pendapatan bunga untuk memupuk dana semakin menguntungkan, maka lebih baik belanja di kemudian hari, namun bila suku bunga rendah, insentif bunga tidak lagi menarik untuk menunda belanja, maka nilai kegunaan belanja sekarang akan lebih tinggi dari nilai kegunaan bila harus menunda belanja.
Dengan kebijakan moneter longgar ini, maka sektor rumah tangga akan lebih banyak belanja sekarang dibanding menunda.
Belanja apa sajakah sektor rumah tangga ini ?
Yang paling dekat dengan rumah tangga tentunya sektor retail, otomotif dan perumahan akan terdongkrak sehubungan dengan suku bunga rendah.
Pergeseran Produk Perbankan
Dengan pergeseran pola belanja ini, sangat mempengaruhi juga produk-produk perbankan dan pola investasi dari sektor rumah tangga.
Bila ekonomi global tidak kunjung pulih, maka tidak tertutup kemungkian operasi moneter suku bunga rendah ini akan dilanjutkan oleh Bank Indonesia, dengan demikian pola belanja produk perbankan akan terpengaruh, khususnya yang bersifat pengerahan tabungan seperti Mandiri Fiesta, Untung Beliung Britama, Gebyar Tahapan BCA akan tidak menjadi popular lagi dan berganti dengan KTA (Kredit Tanpa Agunan) berhadiah, Paket KPR (Kredit Pemilikan Rumah) proses cepat, KPA (Kredit Pemilikan Apartment), KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), Discount Card dan Credit Card akan semakin bervariasi dan menarik.
Antisipasi Resiko
Dengan kelonggaran moneter ini maka dalam waktu 2-3 tahun ke depan, tabungan akan semakin menghilang, dan hutang sektor rumah tangga dan dunia usaha akan semakin meningkat.
Efek yang paling berbahaya bila hutang sektor rumah tangga sudah mencapai tingkat di atas 100% dari tingkat pendapatan rumah tangga, maka pada 2-3 tahun ke depan akan menjadi permasalahan perbankan yang serius.
Oleh sebab itu stimulus ekonomi dengan pelonggaran moneter sangat penting untuk dibarengi dengan pola belanja yang sehat dan eksposure pinjaman yang tetap terkendali dan prudent.
Bagi para pengusaha retail, otomotif dan perumahan, bisa melakukan ekspansi pada jangka pendek ini, tetapi harus sudah perlu memperhatikan resiko yang mungkin muncul pada tahun ke 3-4 akibat dari ekpansi kredit ini.
Founder and Advisor Vibiz Consulting