Perekonomian Jepang kembali goncang akibat kondisi ekonomi Tiongkok yang tidak kunjung pulih. Kegiatan ekspor di negara ini mendadak terjun bebas karena Tiongkok yang selama ini adalah mitra ekspornya tidak lagi menjadi negara yang menguntungkan untuk melakukan kegiatan ekspor. Kondisi tersebut setidaknya tercermin pada data neraca dagang Jepang Agustus lalu yang mengalami pembengkakan defisit karena pertumbuhan ekspor di bulan tersbeut hanya berhasil sebesar 3,1 persen (yoy) padahal di bulan sebelumnya, yaitu bulan Juli, pertumbuhan kinerja ekspor Jepang mencapai 7,6 persen (yoy). (Lihat juga: Ekspor Jepang Terjun Bebas, Defisit Dagang Membengkak)
Turunnya kinerja ekspor Jepang belakangan ini nampak telah memengaruhi semangat bisnis para pebisnis di negara ini. Pasalnya berdasarkan hasil survey bisnis Tankan yang dilakukan oleh bank sentral Jepang (BOJ) pagi ini (1/10), terlihat bahwa optimisme dari para pebisnis di Jepang melemah pada kuartal ketiga 2015 kemarin. Kondisi tersebut tercermin dari skor indeks produsen besar di Jepang yang turun ke skor 12 pada Q3 lalu dari yang semula tercatat pada skor 15. Perlu diketahui, survei ini sangat diawasi ketat oleh BOJ karena nantinya akan menjadi dasar pertimbangan untuk merumuskan kebijakan moneter lainnya. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Dalam survey Tankan ini juga tercatat bahwa indeks yang mengukur prospek ekonomi yang akan datang pada Q3-2015 berakhir pada skor 10 atau turun tajam dari skor 16 yang tercatat di Q2 sebelumnya. Sementara itu, untuk pertumbuhan capex di sektor industri skala besar pada tahun fiskal 2015 ini terlihat lebih optimis dengan bukukan pertumbuhan capex yang lebih tinggi yaitu sebesar 10,9 persen, jauh di atas perkiraan sebelumnya yang hanya memprediksi kenaikan sebesar 8,7 persen dan naik jika dibandingkan dengan Q2 sebelumnya yang hanya bukukan pertumbuhan sebesar 9,3 persen.
Sementara itu, indeks non-manufaktur pada Q3 kemarin juga terlihat lebih baik dibanding kuartal sebelumnya dengan berakhir pada skor 25, dimana skor tersebut berhasil lampaui perkiraan ekonom yang sebelumnya justru memprediksi turun ke skor 20 dari yang semula di kuartal sebelumnya berakhir pada skor 23.
Sejauh ini, BOJ masih mempertahankan kebijakan moneter yang telah dilakukannya sejak Oktober tahun 2014 lalu. Seperto diketahui, berdasarkan mayoritas hitungan suara, bank memutuskan untuk meningkatkan basis moneternya, terutama melalui pembelian obligasi pemerintah Jepang secara tahun sekitar 80 triliun yen dimana keputusan tersebut memang sudah diharapkan oleh pasar. Adapun rilis BOJ Tankan ini nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi BOJ dalam menetapkan kebijakan moneter selanjutnya.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang