Harga gula berjangka teruskan rally untuk empat sesi berturut-turut hingga akhir perdagangan Kamis dini hari tadi (1/10). Harga komoditas ini memanfaatkan peluang harga yang dinilai sudah sangat rendah untuk memicu para pelaku pasar melakukan aksi bargain hunting.
Kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi yang berpotensi memicu penurunan permintaan global sempat memukul harga gula berjangka mencapai posisi paling rendah dalam 7,5 tahun pada pertengahan bulan September lalu. Kondisi ini memicu terjadinya aksi bargain hunting karena harga dinilai sudah terlalu murah.
Para pembeli tradisional juga masih berminat untuk melakukan pembelian dengan cukup solid. Kenaikan produksi ethanol dari tebu juga membuat ketersediaan tebu untuk memproduksi gula berkurang. Dampaknya produksi berpotensi untuk mengalami penurunan.
Rebound yang dialami oleh real Brazil juga memberikan semangat baru di pasar komoditas yang diproduksi di Negara tersebut.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Oktober terpantau mengalami kenaikan tajam. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup menguat sebesar 0,42 sen atau setara dengan 3,37 persen pada posisi 12,88 sen per pon. Pada sesi perdagangan malam tadi harga sempat mencapai level tertinggi sejak tanggal 21 Juli.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga gula kasar berjangka di New York pada perdagangan selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak mentah dan dollar AS. Secara teknikal pergerakan harga komoditas ini sudah berpotensi menguat untuk jangka pendek dan menengah. Meskipun untuk jangka panjang trend bullish masih cukup kuat.
Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi mengetes level support pada posisi 12,40 sen dan 12,00 sen. Sedangkan level resistance yang akan dites jika terjadi peningkatan harga ada pada posisi 13,24 sen dan 13,60 sen per pon.
Ika Akbarwati/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens