Pada akhir perdagangan Kamis dini hari tadi harga minyak mentah mengalami penurunan tipis (1/10). Harga komoditas ini menutup perdagangan terakhirnya di bulan September dalam fase konsolidasi. Sepanjang perdagangan malam tadi harga mengalami pergerakan yang volatile di tengah kekhawatiran mengenai serangan udara Rusia ke Suriah.
Harga minyak mentah sempat memperoleh dorongan kenaikan yang signifikan di awal perdagangan dipicu oleh kekhawatiran mengenai badai yang mengancam infrastuktur energi di Pesisir Timur Amerika Serikat. Akan tetapi aksi investor untuk mempertahankan keseimbangan neraca jelang tutup semester ketiga mengakibatkan harga bergerak sideways.
Kabar dari Timur Tengah juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak mentah. Dikabarkan bahwa pesawat-pesawat tempur Rusia melakukan penyerangan terhadap basis ISIS di Suriah.
Harga minyak mentah WTI untuk kontrak November tampak mengalami penurunan tipis sebesar 14 sen dan ditutup pada posisi 45,09 dollar per barel. Sementara itu harga minyak mentah Brent mengalami pergerakan yang stagnan pada posisi 49 dollar per barel. Harga minyak mentah mengalami penurunan nyaris 9 persen sepanjang bulan September ini.
Laporan mengenai kondisi pasokan di Amerika menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 4 juta barel pekan lalu. Kenaikan ini jauh lebih tajam dibandingkan dengan proyeksi kenaikan yang sebelumnya hanya berada di level 1 juta barel.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga minyak mentah jenis WTI kontrak paling aktif pada perdagangan hari ini di sesi Asia berpotensi untuk mengalami penurunan lanjutan. Sentimen negative masih mendominasi pasar hari ini.
Untuk perdagangan hari ini harga minyak mentah WTI diperkirakan akan mengalami resistance di level 46,00 dollar. Resistance selanjutnya ada di 48,00 dollar. Jika terjadi pergerakan yang justru berbalik melemah harga akan menemui support pada posisi 43,00 dollar dan 41,00 dollar.
Ika Akbarwati/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens