Masih di pekan ini, telah lebih dulu dilaporkan bahwa kinerja sektor industri di “Negeri Ginseng” ini berhasil melaju ekspansi pada bulan Agustus lalu. Dalam rilis tersebut tercatat bahwa tingkat output industri Korsel pada bulan Agustus lalu naik sebesar 0,4 persen (mom), dimana persentase pertumbuhan tersebut berhasil melampaui perkiraan para ekonom yang sebelumnya malah memprediksi turun sebesar -1,0 persen (mom).
Pasalnya rilis kinerja industri Korsel adalah yang terbaik jika dibandingkan dengan kinerja industri di negara-negara utama lain di kawasan Asia. Sayangnya, laju ekspansi di sektor industri negara ini masih belum mampu mengangkat laju inflasi yang semakin hari semakin menjauhi targetnya. (Lihat juga: Kinerja Manufaktur Negara-Negara Utama di Asia Negatif, Hanya Korsel Yang Positif)
Siang ini (2/10), Kantor Statistik Nasional Korsel kembali merilis laju inflasi bulanan harga konsumen di Korea Selatan (Korsel) dilaporkan hanya catat pertumbuhan sebesar 0,6 persen (yoy) pada bulan September lalu. Laju inflasi tersebut jauh dibawah ekspektasi ekonom yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,9 persen (yoy) dan juga merosot jika dibandingkan dengan laju inflasi di bulan sebelumnya, bulan Agustus yang berhasil bukukan pertumbuhan lebih baik sebesar 0,7 persen (yoy). Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Dengan dirilisnya laju inflasi Korsel periode September lalu maka genap sudah 10 bulan berturut-turut inflasi Korsel bertengger dibawah 1,0 persen. Sementara itu untuk laju inflasi inti yang tidak termasuk biaya volatilitas makanan juga mereda dengan hanya catat pertumbuhan sebesar 0,1 persen (mom) di bulan September lalu. Sebagai informasi, sejak Agustus 2014 lalu, BOK sudah 4x memangkas suku bunga acuannya yang dinilai telah gagal untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dengan melihat indikator laju inflasi yang masih tetap di bawah 1 persen. Dengan demikian maka bayang-bayang deflasi terus membayangi perekonomian negara ini.
Perlambatan ekonomi Tiongkok memang menjadi momok bagi negara-negara yang berdomisili di wilayah Asia, termasuk salah satunya memengaruhi gerak perekonomian Korsel, hal ini disebabkan ekspor ke Tiongkok menyumbang seperempat dari total ekspor Korsel di tahun 2015 ini. Sampai saat ini kinerja ekspor Korsel terus menurun, pada Agustus lalu puncaknya, kinerja ekspor Korsel mencatat penurunan hingga dua digit yaitu sebesar -14,7 persen dimana penurunan ini adalah yang terbesar sejak 2009.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang