Harga gula berjangka Selasa dini hari tadi kembali melaju dengan mantap dan ditutup solid di teritori positif (6/10). Harga komoditas ini menggenapi kenaikan untuk 5 sesi berturut-turut dan mencapai posisi paling tinggi dalam lebih dari 2,5 bulan belakangan. Pada pertengahan bulan Agustus lalu harga gula berjangka sempat mencapai posisi terendah dalam 7,5 tahun.
Para pembeli tradisional tampak masih melakukan pembelian yang cukup solid. Kenaikan produksi ethanol dari tebu juga membuat ketersediaan tebu untuk memproduksi gula berkurang. Dampaknya produksi berpotensi untuk mengalami penurunan.
Pelemahan nilai tukar dollar yang sempat menyentuh 1,5 bulan terendah juga memberikan dukungan menguat bagi harga komoditas. Melemahnya dollar membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi relative lebih murah bagi pembeli luar negeri sehingga permintaan meningkat.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Oktober terpantau mengalami kenaikan tajam. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup menguat sebesar 0,11 sen atau setara dengan 0,8 persen pada posisi 13,64 sen per pon. Pada sesi perdagangan malam tadi harga sempat mencapai level tertinggi sejak tanggal 16 Juli.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga gula kasar berjangka di New York pada perdagangan selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak mentah dan dollar AS. Secara teknikal pergerakan harga komoditas ini sudah berpotensi menguat untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi mengetes level support pada posisi 13,29 sen dan 13,00 sen. Sedangkan level resistance yang akan dites jika terjadi peningkatan harga ada pada posisi 13,85 sen dan 14,20 sen per pon.
Ika Akbarwati/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
