Sebelumnya sudah dilaporkan bahwa cadangan devisa (cadev) Tiongkok per akhir Agustus 2015 tercatat anjlok 93,9 miliar dollar AS menjadi 3,56 triliun dollar AS. Penurunan tersebut terjadi karena Bank Sentral Tiongkok (PBoC) menjual dollar AS untuk mendukung mata uangnya menyusul devaluasi yuan yang mengakibatkan gejolaknya pasar finansial Tiongkok dan global. Tentu saja, jika PBoC terus melakukan intervensi, cadangan devisa Tiongkok akan terus menyusut, secara sederhana dapat disimpulkan jika intervensi lebih berat, maka akan lebih dalam jatuhnya posisi cadev negara ini.
Pada hari ini (7/10), PBoC kembali mengumumkan posisi cadev Tiongkok periode Q3-2015. Dalam rilis siang ini terpantau cadev Tiongkok pada kuartal tersebut kembali bukukan penurunan sebagai dampak dari penjualan dollar AS yang dilakukan oleh PBoC paska devaluasi yuan pada Agustus lalu. Seperti diketahui sebelumnya PBoC memang melakukan intervensi dengan mendevaluasi yuan hingga bukukan penurunan sebesar 2,6 persen. Di sepanjang Q3 yang berakhir bulan September lalu, cadev Tiongkok merosot $ 180.000.000.000 menjadi hanya sebesar $ 3.510.000.000.000. Dapat dilihat posisi cadev Tiongkok sejak 2006 sampai saat ini pada gambar dibawah ini:
Paska rilisnya data cadev ini, mata uang Hong Kong (HK) merespons dengan menguat sebesar 0,13 persen lebih tinggi yaitu pada level 6,3474 dolar pukul 11:02 waktu setempat. Paska devaluasi yuan bulan Agustus lalu, yuan juga berhasil mengambil posisi yen Jepang sebagai menjadi mata uang ke-4 yang paling banyak digunakan untuk pembayaran transaksi global. Adapun troporsi transaksi dalam mata uang yuan naik ke rekor 2,79 persen pada Agustus lalu, dari hanya sebesar 2,34 persen pada Juli.
Perlu dipahami, perlambatan ekonomi Tiongkok menjelang penghujung tahun 2015 kian terasa memburuk. Kondisi ini tercermin dari masih buruknya kinerja di sektor industri manufaktur Tiongkok per September 2015 lalu. Jika merujuk pada rilis kinerja manufaktur versi pemerintah, terlihat bahwa kinerja manufaktur Tiongkok pada bulan September lalu masih mengalami kontraksi genap memasuki bulan keduanya berturut-turut dengan skor PMI manufaktur berakhir sebesar 49,8 dari dari yang sebelumnya tercatat sebesar 49,7. (Lihat juga: Kinerja Manufaktur Tiongkok Versi Pemerintah Meradang)
Sebagai informasi, pada 19 Oktober mendatang, pemerintah Tiongkok akan merilis data PDB kuartal ketiga yang disinyalir akan bukukan pertumbuhan yang di bawah target yang dipatok yaitu 7 persen, dan jika hal tersebut terjadi maka laju PDB pada Q3-2015 adalah yang terlemah sejak krisis keuangan global. Beberapa ekonom memperkirakan laju PDB pada Q3 lalu akan berada di kisaran 6,4 persen sehingga berbagai langkah stimulus dan belanja pemerintah yang lebih tinggi sangat diperlukan agar pertumbuhan ekonomi Tiongkok ke depannya tidak makin merosot.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang