Harga kakao berjangka gagal mempertahankan pergerakan menguatnya dan harus berakhir di teritori negatif pada penutupan perdagangan Kamis dini hari tadi (8/10). Harga komoditas ini sempat mengalami peningkatan tajam dan mencapai posisi paling tinggi sejak tanggal 1 Oktober lalu.
Di akhir perdagangan dini hari tadi harga kakao berjangka mengalami penurunan kesembilan untuk sepuluh sesi berturut-turut. Harga kakao berjangka ICE Futures New York kembali mencapai posisi paling rendah dalam 1,5 bulan belakangan.
Harga kakao berjangka melanjutkan tekanan jual yang disebabkan oleh potensi membludaknya produksi di Pantai Gading dan Ghana. Kedua Negara penghasil kakao utama dunia ini sedang berada dalam musim tanam di mana kondisi tanaman cukup baik. Melemahnya dollar tampaknya belum cukup untuk mempertahankan rally harga kakao malam tadi.
Selain potensi kenaikan pasokan, pasar juga mengamati kondisi permintaan yang masih lemah. Saat ini kondisi ekonomi global masih belum mendukung untuk terjadinya peningkatan permintaan. Permintaan dari Tiongkok dan negara-negara Asia lain juga masih tampak lesu.
Di akhir perdagangan Jumat dini hari harga kakao berjangka kontrak Desember yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup melemah. Harga komoditas tersebut ditutup posisi 3.079 dollar per ton. Harga komoditas ini mengalami penurunan sebesar 13 dollar atau setara dengan 0,42 persen. Pada perdagangan malam tadi harga kakao mencapai posisi terendah sejak tanggal 24 September.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan bergerak dalam kelanjutan trend melemah. Saat ini indikator jangka pendek, menengah dan panjang sudah berada dalam kondisi bearish.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk mengetes level resistance pada posisi 3.185 dollar. Jika level resistance tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 3.220 dollar. Sedangkan level support yang akan dites jika terjadi koreksi ada pada 2.999 dollar dan 2.950 dollar.
Ika Akbarwati/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens