Harga gula berjangka ditutup dengan membukukan kenaikan mantap pada akhir perdagangan bursa ICE Futures New York dini hari tadi (23/10). Harga komoditas ini mempertahankan kenaikan untuk dua sesi berturut-turut karena terjadi aksi beli dari pembeli tradisional.
Peningkatan nilai tukar dollar AS tidak berpengaruh negatif di pasar gula berjangka. Biasanya kenaikan nilai tukar dollar membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini menjadi relative lebih mahal bagi para pembeli luar negeri. Dampaknya permintaan akan komoditas teresbut mengalami penurunan yang signifikan. Meskipun komoditas lunak lain terpukul harga gula tetap berjaya.
Dukungan terhadap pergerakan harga gula berjangka diperoleh dari kabar mengenai turunnya produksi di negara-negara produsen. Sementara itu aksi beli yang dilakukan para investor dan spekulan tampaknya masih cukup kuat menopang kinerja harga komoditas ini.
Pada penutupan perdagangan Jumat dini hari harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Oktober terpantau menguat mantap. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup melonjak sebesar 0,42 sen atau setara dengan 2,96 persen pada posisi 14,60 sen per pon. Harga malam tadi sempat mencapai posisi paling tinggi sejak tanggal 13 Mei 2015 lalu.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga gula kasar berjangka di New York pada perdagangan selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak mentah dan dollar AS. Secara teknikal pergerakan harga komoditas ini masih berpotensi untuk mengalami peningkatan yang berkelanjutan karena indikator jangka pendek, menengah dan panjang masih berada dalam pola yang bullish.
Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi mengetes level support pada posisi 14,02 sen dan 13,60 sen. Sedangkan level resistance yang akan dites jika terjadi peningkatan harga ada pada posisi 14,92 sen dan 15,40 sen.
Ika Akbarwati/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens