The Fed Bakal Menaikkan Suku Bunga; Bagaimana Menyikapinya?

684

Bahwa the Fed akan segera menaikkan suku bunganya, kita sudah mengetahuinya. Terakhir diberitakan pimpinan the Fed Yellen menyatakan saat ini ekonomi AS berkinerja baik. Kemudian ditambahkannya, jika data ekonomi terus menunjukkan pertumbuhan dan harga lebih meningkat, kenaikan suku bunga Desember akan menjadi “kemungkinan dilaksanakan.” (Pernyataan Yellen : Kemungkinan Suku Bunga Lepas Landas Desember, Vibiznews, 5/11). Apakah yang akan terjadi, dan bagaimana menyikapinya?

Bank Dunia pernah mengingatkan bahwa kemungkinan negara-negara berkembang akan mengalami turbulensi pasar keuangan akibat kebijakan pengetatan moneter bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve. Dalam tulisan berjudul “The Coming U.S. Interest Rate Tightening Cycle: Smooth Sailing or Stormy Waters?” yang dirilis pada September 2015, Bank Dunia menyebutkan, kebijakan The Fed menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2006 ini, akan mempengaruhi  pasar keuangan dunia.

Hal tersebut akan menyebabkan penurunan besar-besaran dana masuk ke negara berkembang. Padahal, negara berkembang tengah berjuang akibat volatilitas di pasar finansial global yang berimbas pada pelambatan ekonominya.

Pandangan Negatif

Sejumlah analisis dan pandangan melihat bahwa kenaikan suku bunga the Fed ini akan memberikan sejumlah dampak buruk dalam pasar finansial global. Dengan mata uang US dollar yang lebih atraktif maka itu akan menggerakkan arus modal keluar dari kelompok emerging economies. Secara umum, dari sisi pandangan negatif, hal-hal yang buruk yang mungkin terjadi adalah:

  • Mata uang negara-negara berkembang akan terdepresiasi. Hal yang sudah terjadi sejak pertengahan tahun 2014 yang lalu. Bahkan negara besar seperti China pun mendevaluasikan mata uangnya.
  • Bursa saham dan pasar obligasi akan terpuruk karena para investor akan meninggalkan pasar untuk mengamankan likuiditas mereka.
  • Investasi di pasar emerging akan terkuras. Balik ke negara-negara maju. Dikuatirkan ini akan memicu (lagi) resesi global.

Bank Dunia berpandang untuk sejumlah negara berkembang akan bisa mengalami goncangan yang lebih buruk dibanding taper-tantrum yang terjadi tahun 2013 lalu. Untuk mengantisipasi goncangan ekonomi akibat kenaikan bunga AS, Bank Dunia mengingatkan agar kelompok negara berkembang untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mendorong pertumbuhan lebih cepat.

Tidak Semua Bank Sentral

Sekalipun the Fed nanti menaikkan suku bunganya namun kemungkinan ini tidak harus berarti seluruh bank sentral dunia akan terdorong juga menaikkan suku bunganya. Dalam hal ini respon berbagai bank sentral akan tidak seragam.

Untuk Bank of England (BOE) kemungkinan akan mengikuti kenaikan the Fed rate, sebagaimana sejarah empirisnya selalu cenderung demikian. Analis pasar perkirakan BOE akan menyusul menaikkan suku bunga pada tahun 2016, mungkin di jarak satu atau dua bulan setelahnya. Namun demikian, dengan rendahnya harga minyak dunia yang telah menyebabkan inflasi berada di tingkat rendah saat ini, kemungkinan sejumlah bank sentral akan memilih untuk terus menerapkan kebijakan moneter longgar.

Mario Draghi, Presiden dari European Central Bank (ECB) termasuk yang telah menyatakan akan melanjutkan program stimulus ekonomi selain berusaha agar laju inflasi dapat mencapai target. Di China, kemungkinan besar suku bunga bahkan masih akan dipangkas lagi untuk stimulus bagi perekonomian mereka. Untuk negara-negara lainnya, kemungkinan sedang harus berhitung antara memangkas suku bunga demi mendongkrak perekonomian, atau menaikkan suku bunga untuk mencegah pelarian modal.

Opsi lain, bertahan saja di level suku bunga terakhir, seperti yang dilakukan Bank Indonesia di tengah banyaknya usulan penurunan BI Rate. Terakhirnya, tidak kurang dari Menko Perekonomian, Darmin Nasution, yang berpandangan seharusnya ada ruang yang cukup untuk BI menurunkan suku bunganya.

 

Bertahap dan Tidak Agresif

Tetapi betulkah, misalnya, mata uang US dollar akan langsung melejit begitu pengumuman kenaikan suku bunga the Fed? Saat nanti the Fed menaikkan suku bunganya, penulis perkirakan pasar akan cukup volatile di awalnya. Dollar tentunya akan makin perkasa lagi. Namun kemudian pasar akan cenderung lebih tenang karena bagaimana pun penguatan US dollar ini sudah diambil pelaku pasar terlebih dahulu, atau istilahnya sudah di-“priced in” sejak setahun belakangan ini. Lagi pula, ekspor Amerika akan tertekan habis kalau dollar ini terus melaju tak tertahankan ke level yang seperti tanpa ujung. Maksudnya, penguatan dollar ini tentunya akan ada koreksinya, saat mana tekanan terhadap rupiah akan cenderung mereda.

Setelah nanti kenaikan the Fed Rate, apakah yang akan dilakukan the Fed berikutnya? Itu yang menjadi perhatian para pelaku pasar dan pengamat ekonomi. Penulis menilai, melihat kepada perilaku pengambil keputusan the Fed yang telah sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan sepanjang tahun 2015 ini, kemungkinan kenaikan suku bunga tahap berikutnya akan dilakukan secara hati-hati kembali.

The Fed pernah berada dalam siklus pengetatan moneter pada tahun 2004 sampai 2006 yang cukup agresif, dari level 1% naik ke 5,25%, dalam 17 kali keputusan naik secara berturut-turut. Bagaimana dengan perilaku the Fed sekarang ini? Nampaknya pejabat the Fed kali ini lebih konservatif dan hati-hati. Tentunya the Fed tidak ingin keputusan kenaikan bunganya malah akan menjerumuskan dunia kembali jatuh di resesi. Dari Amerika ke seluruh dunia, gelombang resesi global melanda. Hal itu sepatutnya dihindari.

united-states-interest-rate (2)

Kemungkinan, nampaknya, the Fed akan menaikkan suku bunga secara bertahap dan tidak agresif. Barangkali the Fed akan berhenti di level 2% sampai maksimum 3%, itu pun lewat pengamatan ekonomi yang konservatif. Dengan demikian, reaksi pasar global terhadap kenaikan suku bunga the Fed akan lebih terukur dan bertahap.

 

Memompa Pertumbuhan Lebih Cepat

Kembali kepada rekomendasi Bank Dunia dalam menghadapi gejolak akibat kenaikan suku bunga the Fed. World Bank menyarankan agar kelompok negara berkembang untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mendorong pertumbuhan lebih cepat. Rekomendasi tersebut patut diperhatikan.

Syukurnya, pemerintah sekarang ini memiliki concern yang baik terhadap aspek penguatan ekonomi, antara lain dengan pembangunan banyak proyek infrastruktur dan diluncurkan paket demi paket kebijakan deregulasi ekonomi. Ini dengan sendirinya akan memompa pertumbuhan ekonomi ke fase yang lebih cepat.

Data BPS terkini di kuartal ketiga 2015 menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia mulai mengalami akselerasi, di level 4,73%. Sudah terindikasi adanya balik arah perekonomian. Rebound. Ini yang lebih struktural dan fundamental, yang akan berdampak kepada kelanjutan penguatan pertumbuhan ekonomi. BI sendiri memasang angka 4,7% sampai 5,1% untuk pertumbuhan ekonomi akhir tahun 2015.

indonesia-gdp-growth-annual

Strategi pemerintah sudah tepat dan dampaknya mulai kelihatan. Memang tidak mungkin langsung terlihat, tetapi indikator ekonomi pendukung dari posisi defisit neraca perdagangan, cadangan devisa, penguatan rupiah dan pasar modal, semuanya mengarah kepada indikasi perekonomian domestik yang lebih kuat. Investor asing pun, yang rasional dan bervisi jangka panjang, akan tetap memilih berinvestasi di negeri ini. Bahkan, sekalipun, nanti the Fed mulai menaikkan suku bunganya. Siapa takut?

 

alfredBy Alfred Pakasi ,

CEO Vibiz Counsulting
Vibiz Consulting Group

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here