PT Acset Indonusa Tbk (ACST) yang berhasil mendapatkan kontrak baru melebihi target tahun 2015 sebesar Rp2,5 triliun dan mencapai Rp3,1 triliun hingga bulan Oktober 2015 melaporkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan. Pasalnya keuntungan yang didapat perseroan merosot hingga 80 persen lebih.
Periode Q3 lalu ACST hanya mendapatkan laba bersih sebesar Rp12,98 miliar atau Rp26 per saham, sedang periode Q3 tahun sebelumnya dapat Rp69,09 miliar atau Rp138 per saham. Penurunan kinerja dipicu oleh turunnya pendapatan dan naiknya beban perseroan (beban pokok, usaha dan keuangan).
Pendapatan perseroan hanya turun sedikit dari Rp857,66 miliar menjadi Rp852,52 miliar, yang disumbang paling besar dari bisnis jasa Konstruksi sebesar Rp808,93 miliar. Pendapatan dari bisnis konstruksi ini juga menurun dari tahun 2014. Meski laba menurun, aset tetap meningkat sekitar Rp300 miliar lebih dari tahun 2014.
Menilik kabar dari lantai bursa perdagangan saham pada Jumat (6/11/15) saham ACST mengalami penurunan dengan dibuka pada level 4120 dari penutupan perdagangan sebelumnya di level 4125. Sampai sesi II hari ini bergerak turun dalam kisaran 4120 dengan volume perdagangan saham sudah mencapai 10 lot saham saja.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, harga saham ACST yang bergerak konsolidasi sejak bulan September lalu kini terpantau indikator MA bergerak flat dan indikator Stochastic konsolidasi di area tengah.
Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak turun didukung oleh +DI yang juga flat. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, diprediksi rekomendasi trading hingga awal pekan depan pada target level support di level Rp4020 hingga target resistance di level Rp4220.
Joel/VMN/VBN/ Senior Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens