Melalui survey yang dilakukan oleh Price Waterhouse Coopers (PWC) kepada 800 CEO dari kawasan Asia Pasifik, Indonesia ditempatkan sebagai destinasi investasi kedua terbaik di Asia setelah China. Posisi itu melampaui Singapura yang selama ini identik sebagai penghubung (hub) perdagangan dan investasi di Asia Pasiifik.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani di Jakarta, menyambut baik hasil survei tersebut dan mengatakan hal itu menunjukkan para pimpinan perusahaan negara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) percaya dengan iklim investasi di Indonesia yang semakin kondusif.
“Respons pemerintah sangat penting karena kepercayaan yang muncul dalam survei tersebut harus dikelola dengan baik, terutama dengan menginformasikan reformasi-reformasi kebijakan investasi yang telah dilakukan oleh pemerintah,” demikian jelas Kepala BKPM dalam rilis beritanya kepada media, Jumat (20/11).
Singapura disebutkan hanya mendapat 46 persen responden pimpinan perusahaan yang menyatakan akan meningkatkan investasinya selama 12 bulan ke depan. Persentase tersebut berada di bawah dari posisi Indonesia yang mendapatkan 52 persen, dan selisih tipis saja dengan posisi teratas, China, dengan 53 persen responden.
Menurut Franky, keyakinan para pimpinan perusahaan tersebut cukup signifikan, mengingat aliran modal asing yang masuk ke Asia Pasifik sudah cukup tinggi. Franky menambahkan bahwa survey tersebut menjelaskan penurunan investasi tahun ini sebagai hal yang normal karena kawasan ini telah mencatat pertumbuhan investasi tertingginya di tahun lalu.
Hasil survei PWC tersebut juga menunjukkan, secara keseluruhan, 68 persen investasi yang baru akan dikucurkan di wilayah APEC, dan 32 persen lainnya ke wilayah lain di dunia.
Rilis dari BKPM menyebutkan bahwa capaian Indonesia dalam hasil survei tersebut akan menjadi modal bagi pemerintah untuk meningkatkan aliran investasi yang masuk ke Indonesia.
Realisasi investasi negara-negara yang tergabung dalam APEC memang mendominasi arus investasi yang masuk ke Indonesia. Berdasarkan data realisasi investasi BKPM, dalam lima tahun terakhir, dari 20 negara yang teratas, anggota ekonomi APEC berkontribusi hingga 77,5 persen dengan nilai mencapai 76 miliar dollar AS.
Lembaga itu juga mencatat, tren realisasi investasi dari negara APEC terus menunjukkan hal yang positif. Posisi realisasi investasi negara APEC pada 2010 yang mencapai 9,2 miliar dollar AS meningkat menjadi 10,5 miliar dollar AS pada 2011. Peningkatan terjadi kembali dengan nilai 12,8 miliar dollar AS pada 2012, serta meningkat cukup drastis menjadi 16,1 miliar dollar AS setahun kemudian pada 2013. Selanjutnya, pada 2014, realisasi investasi mencapai 15,1 miliar dollar AS. Adapun hingga September 2015, realisasi investasi mencapai 11,9 miliar dollar AS, demikian rilis BKPM (20/11).
Hasil survey PWC ini cukup mengejutkan, sekaligus memberi optimisme bagi prospek ekonomi Indonesia ke depan. Analisis Vibiz Research memandang bahwa selama ini biasanya Singapura yang selalu dipandang sebagai hub utama dalam arus perdagangan Asia Pasifik, bahkan semakin mengungguli Hong Kong belakangan ini (Lihat Milyuner Asia Memilih Pindah dari Hong Kong ke Singapura; Mengapa?, vibiznews, 19/11/2015). Survey terhadap para ekspatriat tersebut memilih Singapura sebagai pilihan lokasi bisnis terbaik. Namun, dengan penelitian PWC kepada 800 CEO ini dapat menunjukkan bahwa pergeseran sangat boleh jadi sedang terjadi. Indonesia dipandang sangat berprospek untuk investasi dan perdagangan se kawasan Asia Pasifik, dan karenanya jadi pilihan tujuan bisnis utama di Asia ini.
Jakarta sebagai ibu kota dan gerbang bagi Indonesia harus berbenah dan meningkatkan kualitasnya sebagai kota kosmopolitan berikutnya di kawasan ini. Jika para pengusaha asing melihat Indonesia sangat menjanjikan prospeknya, mengapa kita memandang perekonomian kita dan berbagai sumber daya yang dimilikinya dengan pesimis?
Ini waktunya optimis. Ayo kerja!
John P/VMN/VBN/ Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang