Harga kakao berjangka ICE Futures berbalik menguat pada akhir perdagangan Rabu dinihari tadi (13/11). Sentimen kenaikan harga berasal dari hambatan produksi kakao di Afrika Barat.
ABN Amro menyatakan akibat El Nino sangat mengganggu produksi di Afrika Barat, sementara permintaan terus meningkat. Bank tersebut mengatakan bahwa faktor cuaca menjadi “sangat penting” pada saat ini, seperti di Afrika Barat, dimana sebagian besar kakao dunia berasal dari kawasan tersebut.
ICCO (International Cocoa Organization) juga menyatakan terjadi kekurangan 96.000 ton musim ini, dan ABN melaporkan bahwa pihak pasar komersial juga meramalkan kekurangan yang lebih besar musim ini.
“Kekurangan diperkirakan 15.000 ton di musim 2014-15 diperkirakan akan tumbuh lebih lanjut dalam musim 2015-16 ini,” kata ABN.
Sementara itu negara Ghana, produsen terbesar kedua kakao di dunia, mengatakan terlihat hasil produksi yang lebih kecil dari yang diharapkan di musim 2014-15. Produksi kakao di Ghana terkena penyakit, kualitas pohon yang buruk, kurangnya cuaca yang ideal dan kekurangan terus di pupuk dan pestisida.
Di akhir perdagangan dini hari harga kakao berjangka kontrak Maret 2016 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup dengan membukukan peningkatan. Harga komoditas tersebut ditutup melonjak sebesar 32 dollar atau 0,97 persen pada posisi 3.338 dollar per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan bergerak dalam kecenderungan menguat dengan perkiraan masih belum pulihnya kondisi cuaca di Afrika Barat.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk mengetes level resistance pada posisi 3.390 dollar. Jika level resistance tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 3.440 dollar. Sedangkan level support yang akan dites jika terjadi koreksi ada pada 3.290 dollar dan 3.240 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang
