Harga kakao berjangka ICE Futures menurun pada akhir perdagangan Selasa dini hari (05/01). Harga kakao berjangka di ICE Futures New York mengalami penutupan di teritori negatif dengan sentimen terjadinya peningkatan produksi kakao.
Para pelaku pasar terus mengikuti kedatangan produksi kakao di Pantai Gading, yang telah turun sekitar 10% dari tahun lalu rata-rata. Data yang dirilis Senin menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada kedatangan kakao di pelabuhan, sekitar 8,8% lebih rendah, menurut Rabobank.
“Pasar terlihat tidak pesimis seperti yang terlihat dalam beberapa pekan sebelumnya,” kata Carlos Mera, analis komoditas senior di Rabobank di London. “Kedatangan bisa lebih tinggi dan petani menjual saham dari tanaman sebelumnya.”
Di pasar lain, harga komoditas rendah setelah data manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan dari Tiongkok mendorong aksi jual aset pasar di negara berkembang atas kekhawatiran bahwa perekonomian Tiongkok melambat lebih tajam daripada yang diantisipasi.
Di akhir perdagangan harga kakao berjangka kontrak Maret 2016 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup dengan membukukan penurunan. Harga komoditas tersebut ditutup turun tajam sebesar -87 dollar atau -2,71 persen pada posisi 3.124 dollar per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan mengalami tekanan lanjutan dengan pulihnya distribusi pasokan dan peningkatan produksi di negara-negara produsen kakao.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk mengetes level Support pada posisi 3.090 dollar. Jika level Support tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 3.060 dollar. Sedangkan level Resistance yang akan dites jika terjadi rebound ada pada 3.150 dollar dan 3.180 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang