Harga minyak mentah pada Rabu siang (06/01) menguat, namun sedikit mundur menjelang penutupan sesi sebelumnya dekat posisi terendah 11-tahun karena kekhawatiran atas meningkatnya pasokan melebihi ketegangan antara produsen minyak di Timur Tengah.
Ketegangan hubungan antara Arab Saudi dan Iran gagal mendongkrak harga minggu ini, karena tampaknya mengakhiri spekulasi bahwa anggota OPEC bisa menyepakati pengurangan produksi untuk mengangkat harga.
Harga minyak mentah berjangkan AS untuk pengiriman Februari naik 13 sen pada 36,10 dollar per barel, setelah tergelincir 79 sen di sesi sebelumnya.
Harga minyak mentah Brent naik 12 sen menjadi 36,54 dollar per barel, setelah menutup 80 sen. Brent mencapai terendah 11-tahun pada 35,98 dollar per barel sebelum Natal.
“Kelebihan pasokan minyak mentah masih berpengaruh, namun defisit antara permintaan dan pasokan semakin kecil,” kata Daniel Ang, seorang analis investasi pada Phillip Futures, dalam sebuah catatan Rabu.
Ekspor minyak Iran secara luas diperkirakan akan meningkat pada tahun 2016 sebagai sanksi Barat terhadap negara untuk program senjata nuklir kemungkinan akan diangkat.
“Kami tidak ingin memulai semacam perang harga,” Mohsen Qamsari, direktur umum untuk urusan internasional dari Iran National Oil Company (NIOC), kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Kekhawatiran atas pemasangan tingkat pasokan terus menambah tekanan untuk harga, dengan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat mungkin telah meningkat 439.000 barel pekan lalu, menurut jajak pendapat Reuters dari delapan analis.
Administrasi Informasi Energi AS (EIA) akan mempublikasikan data mingguan yang diawasi ketat pada malam nanti.
Data dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, menunjukkan stok minyak mentah jatuh pekan lalu oleh 5,6 juta barel, sedangkan persedian di titik pengiriman di Cushing, Oklahoma, naik 1,4 juta barel.
“Pertumbuhan permintaan dan produksi minyak mentah negara non-OPEC yang menurun perlahan-lahan akan menstabilkan (tingkat stok minyak mentah) pada tahun 2016 tetapi tidak secara substantif mengurangi mereka sampai 2017,” analis di PIRA Energy mengatakan dalam sebuah catatan.
Pasar minyak juga menghadapi tekanan dari penguatan dolar yang melayang dekat level tertinggi satu bulan mencapai pada Selasa karena para pedagang mencari lindung nilai yang lebih aman.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan jika rilis data EIA nanti malam terjadi dimana terjadai penurunan persediaan, maka harga minyak mentah berpotensi menguat, namun jika hasil sebaliknya maka akan melemahkan kembali harga minyak mentah. Harga minyak akan bergerak dalam kisaran Support $35,50-$35,00 per barel, dan kisaran Resistance $36,50-$37,00 per barel.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research
Editor : Asido Situmorang