Harga kakao berjangka ICE Futures menurun pada akhir perdagangan Kamis dini hari (07/01). Harga kakao berjangka di ICE Futures New York mengalami penutupan di teritori negatif dengan sentimen terjadinya perkiraan surplus produksi kakao.
Rabobank International menyatakan petani dari Pantai Gading hingga Peru sedang mempersiapkan untuk menghidupkan kembali persediaan di 2016-17 musim yang dimulai pada bulan Oktober, menciptakan surplus yang akan menjadi yang terbesar dalam enam tahun. Kondisi kering dari El Nino mungkin akan digantikan oleh pola La Nina lebih menguntungkan.
Sementara petani di Pantai Gading dan Ghana terus mendominasi pasokan, produksi kakao juga tumbuh di Amerika Latin. Negara di kawasan itu telah menanam pohon unggul, menurut Organisasi Kakao Internasional yang bermarkas di London. Produksi di Ekuador naik 6,8% di 2014-15, dan ekspansi terjadi di Kolombia dan Peru, kata kelompok industri tersebut.
Setelah defisit produksi sekitar 150.000 ton pada 2015-16 musim yang dimulai pada bulan Oktober, dunia akan segera memiliki lebih banyak pasokan daripada yang diperlukan. Produksi akan melebihi permintaan dengan 93.000 ton di musim 2016-17, menurut Rabobank. Itu akan menjadi kekenyangan terbesar sejak 2010-11
Di akhir perdagangan harga kakao berjangka kontrak Maret 2016 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup dengan membukukan penurunan. Harga komoditas tersebut ditutup turun tajam sebesar -78 dollar atau -2,55 persen pada posisi 2.981 dollar per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan mengalami tekanan lanjutan dengan pulihnya distribusi pasokan dan peningkatan produksi di negara-negara produsen kakao.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk mengetes level Support pada posisi 2.940 dollar. Jika level Support tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 2.900 dollar. Sedangkan level Resistance yang akan dites jika terjadi rebound ada pada 3.020 dollar dan 3.060 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang