Harga kopi arabica berjangka di bursa komoditas ICE Futures New York pada penutupan perdagangan Selasa dini hari (12/01) ditutup turun. Penurunan harga kopi arabica terpicu peningkatan pasokan dan pelemahan Real Brazil.
Dalam sebuah catatan penelitian yang dirilis Jumat, broker Marex Spectron mengatakan pasar kopi global akan surplus pada tahun pertumbuhan 2016/2017, berkat peningkatan 8 juta kantong di pasokan dari Brasil.
Sementara itu, cuaca di Brasil juga menguntungkan untuk kondisi pertumbuhan untuk tanaman tunas, dengan hujan tersebar diperkirakan sampai Jumat untuk seluruh wilayah negara.
Faktor lain yang menekan harga kopi arabica adalah lemahnya mata uang Real Brazil. Real Brazil telah jatuh 1,4% terhadap dolar tahun ini, di tengah kekuatan lanjutan dalam dolar dan kekhawatiran bahwa ekonomi Brazil bisa tenggelam lebih dalam ke dalam resesi.
Harga kopi arabika berjangka untuk kontrak paling aktif bulan Maret 2016 ditutup anjlok pada posisi 1,1445 dollar, turun sebesar -4,55 sen atau setara dengan -3,82 persen.
Penurunan harga kopi arabica ini, memperpanjang merosotnya harga mencapai 7% tahun 2016 ini yang dimulai seminggu yang lalu. Harga kopi arabica telah kehilangan 34% pada tahun tertekan jatuhnya mata uang Brasil dan petani Amerika Selatan memperluas produksi dalam menanggapi harga tinggi pada tahun 2014. Brasil adalah produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga kopi arabika berjangka di ICE Futures New York pada perdagangan selanjutnya masih berpotensi untuk mengalami penurunan lanjutan dengan sentimen peningkatan persediaan kopi di negara-negara konsumen kopi dan semakin menguatnya dollar AS dengan dinaikkannya suku bunga AS dan rencana kenaikan lanjutan tahun ini.
Harga kopi arabika berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk mengetes level support di posisi 1,1150 dollar dan 1,0850 dollar. Sedangkan level resistance yang akan dihadapi jika terjadi kenaikan ada pada posisi 1,1750 dollar dan 1,2050 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang