Harga gula berjangka ICE di bursa New York menguat pada penutupan perdagangan Kamis dini hari (14/01), terpicu sentimen gangguan produksi India dan impor Tiongkok.
Hambatan produksi terjadi di India akibat cuaca kering. Petani India di negara bagian Maharashtra dipaksa untuk menggantikan tebu dengan tanaman yang tidak memerlukan banyak air, karena kekeringan terik mendorong pihak berwenang untuk menahan air dari bendungan.
Dari Tiongkok dilaporkan bahwa impor gula mencapai tingkat rekor tahun lalu. Pedagang juga menduga bahwa sebagian besar gula yang baru-baru dibeli oleh Myanmar adalah mungkin dari Tiongkok, karena harga lokal di Tiongkok lebih tinggi dari harga global.
Pada saat yang sama, premi gula halus lebih gula mentah tetap di tingkat yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa itu menjadi lebih menguntungkan bagi penyuling untuk membeli baku untuk menghasilkan gula putih.
Pada penutupan perdagangan Kamis dini hari harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Maret 2016 terpantau mengalami kenaikan. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup menguat sebesar 0,42 sen atau setara dengan 2,99 persen pada posisi 14,47 sen per pon.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga gula kasar berjangka di New York pada perdagangan selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh kekuatiran penurunan produksi. Juga perlu diperhatikan pergerakan mata uang Real Brazil terhadap Dollar AS.
Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi mengetes level support pada posisi 14,00 sen dan 13,50 sen. Sedangkan level resistance yang akan dites jika terjadi peningkatan harga ada pada posisi 15,00 sen dan 15,50 sen per pon.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang