Pergerakan saham PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melewati perdagangan sesi pertama hari Selasa (19/01) setelah mengumumkan akan merilis obligasi bangkit dari perdagangan awal pekan yang terpangkas oleh aksi jual asing. Namun siang ini terpantau BBRI menjadi salah satu dari 2 emiten bank yang sahamnya diburu asing untuk dijual selain BBCA. Hingga saat ini asing sudah mencetak net sell senilai Rp40 miliar.
BBRI umumkan akan meluncurkan Obligasi Berkelanjutan I tahap 2 senilai Rp 4,65 triliun yang dibagi dalam tiga seri, seri A sebesar Rp 808 miliar dengan bunga 8,5% berjangka waktu 370 hari atau akan jatuh tempo pada 8 Februari 2017; seri B sebesar Rp 1,02 triliun dengan bunga 9,25% berjangka waktu tiga tahun atau jatuh tampo pada 4 Februari 2019; seri C senilai Rp 2,82 triliun dengan bunga 9,6% berjangka waktu lima tahun atau akan jatuh tempo pada 4 Februrari 2021.
Obligasi ini merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan I dengan target dana Rp 12 triliun, dimana tahun 2015 sudah merilis tahap I sebesar Rp 3 triliun. Obligasi ini akan mulai ditawarkan pada 29 Januari 2016 hingga 1 Februari 2016. Setelah itu akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Februrari 2016.
Menilik kabar dari lantai bursa perdagangan saham pada Selasa (19/11) saham BBRI dibuka lemah pada level 11325 setelah pada penutupan perdagangan sebelumnya berada pada level 11400 dan bergerak kuat dalam kisaran 11475-11325 dengan volume perdagangan saham sudah mencapai 73 ribu lot saham.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, saham BBRI sejak bulan November 2015 bergerak bullish. Namun kini terpantau indikator Stochastic menunjukkan pergerakan turun di area tengahnya.
Indikator Average Directional menunjukkan garis +DI masih berada di bawah garis –DI dengan garis ADX menurun menggambarkan bahwa tren saham BBRI masih konsolidasi. Dengan kondisi teknikalnya, rekomendasi trading pekan ini berada di target support pada level 11273 hingga resistence di level 11630.
Lens Hu/VMN/VBN/ Senior Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang