Harga Emas naik pada penutupan perdagangan Kamis dinihari (21/01) memanfaatkan pasar saham global yang jatuh ke posisi terendah 2-1 / 2-tahun dan harga minyak mentah yang terus merosot ke posisi 13 tahun rendah.
Harga emas spot naik ke sesi tinggi $ 1,109.20 per ounce dan ditutup naik 1,3 persen pada $ 1,101.05 per ons. Harga Emas AS untuk pengiriman Februari ditutup naik 1,6 persen pada $ 1,106.20 per ons.
Namun, permintaan fisik lambat dari Asia membawa terus logam dari kembali ke puncak bulan ini pada $ 1.112 per ounce, kata para pedagang.
Emas, sering dianggap sebagai alternatif investasi selama masa ketidakpastian keuangan, manfaat dari sentimen “risk aversion” di pasar bersama dengan aset safe haven seperti yen.
“Kelemahan yang sedang berlangsung di pertumbuhan China bisa membuat logam mulia di atas $ 1.100 mark,” kata Naeem Aslam, kepala analis pasar di AvaTrade, awal sesi. Spot emas diperdagangkan serendah $ 1,086.33 pada Rabu.
Dana Moneter Internasional pada Selasa memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk ketiga kalinya dalam waktu kurang dari setahun setelah ekonomi Tiongkok tumbuh pada tingkat yang paling lambat dalam seperempat abad pada 2015.
Tiongkok adalah konsumen terbesar di pasar logam dunia di lebih dari 1.000 ton per tahun dan meskipun perlambatan ekonomi akan menghasilkan permintaan spekulatif untuk emas sebagai aset berisiko rendah, analis mengatakan bisa juga membebani konsumsi fisik Asia.
Sedangkan harga untuk platinum kontrak berjangka beringsut turun 0,9 persen menjadi $ 823 per ons. Harga Perak berjangka naik 0,28 persen pada $ 14,16 per ons sementara harga industri paladium tergelincir 0,3 persen menjadi $ 490,42 per ons.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga emas berpotensi kembali menguat terbatas dengan sentimen pelemahan harga minyak mentah dan kekuatiran perlambatan eknomi Tiongkok. Diperkirakan harga emas akan mencoba menembus level Resistance 1,103-1,105, dan jika harga retreat akan mencoba menembus level Support 1,099-1,097.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang
