Tekanan jual terhadap Saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) masih berlanjut terus hingga akhir perdagangan saham hari Kamis (21/01), SSIA sudah anjlok sebesar 6 persen lebih sejak perdagangan awal tahun. Secara fundamental saham ini masih menjanjikan, terlihat dari kinerja keuangan perusahaan per kuartal ketiga lalu yang cetak untung dua kali lipat.
Tahun 2016 SSIA berencana akan melakukan ekspansi yang lebih besar lagi demi tingkatkan terus kinerja bisnisnya, dan untuk ekspansi tersebut perusahaan membutuhkan banyak dana. SSIA membutuhkan dana sekitar 500 miliar hingga 1 triliun untuk lakukan ekspansinya. Dan untuk sumber dana ini SSIA menimbang 2 opsi penerbitan obligasi yatiu denominasi rupiah dan denominasi valas. Namun sepertinya SSIA lebih memilih denominasi rupiah untuk mengjindari terjadinya kerugian kurs yang sangat besar ditengah trend pelemahan rupiah.
Obligasi denominasi rupiah sepertinya akan dikeluarkan sebesar 750 miliar sedang obligasi denominasi valas khususnya dollar Singapura (SGD) sebesar SGD100 juta. Mengenai informasi perusahaan, pekan lalu diberitakan SSIA mengangkat Emil Salim menjadi Wakil Komisaris sekaligus merangkap Komisaris Independen.
Untuk pergerakan sahamnya di lantai perdagangan bursa saham hari Kamis (21/01), saham SSIA dibuka pada posisi 675 dan penutupan perdagangan sebelumnya berada pada level 670. Saham hari ini bergerak dalam kisaran 685-660 dengan volume perdagangan saham sudah mencapai 215 ribu lot saham.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, harga saham SSIA membentuk bearish candle dibawah middle bolinger dan kini posisi indikator MA bergerak naik dengan indikator Stochastic bergerak masuk ke area jenuh jual.
Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak turun dengan +DI yang bergerak turun menunjukan pergerakan SSIA dalam tekanan. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, diprediksi rekomendasi trading pekan ini pada target level support di level 650 hingga target resistance di level 710.
Lens Hu/VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asidoe Situmorang



