Indeks Kospi di bursa Korea Selatan pada pekan lalu berakhir stabil, naik tipis 0,03%. Pergerakan indeks Kospi terlihat sideways, naik turun. Pada awal perdagangan Senin lalu berakhir di level 1878, dan di akhir pekan juga ditutup pada 1879.
Sepanjang minggu ini yang menjadi penekan pergerakan indeks Kospi adalah pelemahan harga minyak dan kekuatiran Tiongkok. Hal tersebut terlihat saat harga minyak mentah berjangka mencapai titik terendah di level $ 28 per barel, maka bursa Korea Selatan merosot tajam.
Pada hari Rabu, selama perdagangan Asia, West Texas Intermediate (WTI) futures turun 3,37 persen pada $ 27,50 per barel,menyentuh level di bawah $ 28 untuk pertama kalinya sejak tahun 2003. Sedangkan harga minyak berjangka Brent turun 2,12 persen pada $ 28,14 per barel setelah melihat keuntungan marjinal selama sesi ASuntuk menutup di $ 28,88. Pada hari itu juga perdagangan indeks Kospi ditutup turun tajam 44,19 poin, atau 2,34 persen, pada 1,845.45.
Demikian juga kekuatiran perlambatan ekonomi Tiongkok menekan pasar saham Korea Selatan ini. Korea Selatan, yang sangat tergantung pada ekspor untuk pendorong pertumbuhan ekonomi, telah terpukul keras oleh perlambatan Tiongkok dan melemahnya permintaan global. Ekspornya anjlok 7,9 persen, dengan angka bulanan mereka membukukan pertumbuhan negatif sepanjang tahun lalu.
Pada awal pekan ini, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini sebesar 0,2 poin persentase menjadi 3,4 persen, mengutip gejolak ekonomi di Tiongkok dan ketidakpastian keuangan di seluruh pasar negara berkembang yang berasal dari harga minyak yang rendah. Ekonomi Tiongkok tumbuh 6,9 persen tahun lalu, menandai tingkat pertumbuhan terendah dalam lebih dari 25 tahun. IMF memperkirakan pertumbuhan China turun lebih lanjut untuk sekitar 6,3 persen tahun ini. Hal ini semakin menekan indeks Kospi minggu lalu.
Namun juga yang masih menjadi penekan indeks Kospi adalah perlambatan ekonomi domestik mereka sendiri. Pada bulan Oktober, Bank Of Korea merevisi perkiraan pertumbuhan untuk negara ekonomi terbesar keempat di Asia pada tahun 2016 menjadi 3,2 persen dari sebelumnya 3,3 persen. Gubernur BOK Lee Ju-yeol baru-baru ini menyatakan perlunya dilakukan revisi dengan adanya risiko penurunan bagi perekonomian.
“Kami membuat bahwa perkiraan (pertumbuhan 3,2 persen) pada anggapan bahwa harga minyak akan tinggal di kisaran $ 50 per barel . Tapi baru-baru ini terjadi penurunan harga minyak internasional yang tajam di luar dari yang kita duga, “kata Lee.
Pemerintah Korea Selatan pada pekan lalu tampaknya masih mencermati perkembangan ekonomi global, mereka masih terus memikirkan dan mencoba memformulasikan hal-hal penting untuk melakukan langkah stimulus perekonomian domestik mereka.
Karenanya saat datang harapan stimulus dari Bank Sentral Eropa pada akhir pekan kemarin, memberikan dukungan yang signifikan bagi Korea Selatan. Apa yang menjadi penekan ekonomi mereka yaitu pelemahan harga minyak mentah dan kekuatiran Tiongkok, dijawab oleh stimulus ECB.
Gejolak di pasar keuangan dan kekhawatiran atas Tiongkok dan pasar negara berkembang lainnya akan menjadi review kebijakan moneter Bank Sentral Eropa bulan Maret nanti, demikian Presiden ECB, Mario Draghi Presiden mengatakan, mengisyaratkan prospek pelonggaran lebih lanjut berikutnya.
Demikian juga pada akhir pekan, kenaikan harga minyak mentah memberikan dorongan positif bagi indeks Kospi. Pada sesi perdagangan Asia di Jumat, harga minyak mentah menguat. Harga minyak mentah berjangka WTI naik 1,19 persen di $ 29,88 per barel, setelah mencapai sesi tinggi $ 29,99 sebelumnya, sementara harga minyak mentah berjangkan Brent naik 1,68 persen menjadi $ 29,74 per barel.
Sentimen positif harapan stimulus ECB dan kenaikan harga minyak mentah mengangkat kembali indeks Kospi naik 38,90 poin, atau 2,11 persen, pada 1,879.43. Hasil ini menebus kekalahan indeks Kospi pada hari-hari sebelumnya, hingga membawa indeks Kospi ke posisi stabil.
Bagaimana pergerakan indeks Kospi di minggu mendatang?
Untuk memprediksi pergerakan indeks Kospi minggu mendatang ini perlu dilihat data indikator ekonomi Korea Selatan yang akan dirilis.
SENTIMEN POSITIF (hasil indikator ekonomi diperkirakan/diindikasikan memberikan dampak positif)
GDP Growth Rate (YoY) Adv Q4
Industrial Production (MoM) Desember
Manufacturing Production (YoY) Desember
Retail Sales (MoM) Desember
SENTIMEN NEGATIF (hasil indikator ekonomi diperkirakan/diindikasikan memberikan dampak negatif)
GDP Growth Rate (QoQ) Adv Q4
Consumer Confidence Januari
Business Confidence Januari
Industrial Production (YoY) Desember
Retail Sales (YoY) Desember
Pada hari Selasa, 26 Januari, akan dirilis data pertumbuhan ekonomi pendahuluan Korea Selatan. Secara tahunan akan diindikasikan berdasarkan survey para ekonom akan meningkat, namun secara bulanan diindikasikan menurun.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan pekan depan indeks Kospi akan bergerak sideways dengan data indikator yang mixed. Namun pergerakan indeks Kospi diperkirakan akan dipengaruhi perkembangan Tiongkok dan harga minyak mentah, yang jika melemah, akan berpotensi menekan indeks Kospi. Pekan ini diperkirakan indeks Kospi akan bergerak dalam kisaran Support 223.10-216.94 dan kisaran Resistance 236.27-242.25.
Freddy/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang