Di akhir perdagangan bursa saham Jepang awal pekan Senin (25/01), indeks Nikkei mempertahankan hasil positif, ditutup naik 152,38 poin, atau 0,90 persen, pada 17,110.91. Penguatan indeks Nikkei terbantu berbagai sentimen positif.
Lihat : Indeks Nikkei Dibuka Positif Terbantu Surplus Neraca Perdagangan dan Kenaikan Minyak Mentah
Harapan stimulus Bank of Japan menguatkan indeks Nikkei. BOJ mengambil tindakan serius memperluas langkah-langkah pelonggaran moneter dengan merosotnya harga minyak membebani target inflasi 2% bank sentral. Penguatan yen dan penurunan harga saham juga akan dibahas dalam dua hari pertemuan dewan kebijakan bank sentral yang dijadwalkan mulai 28 Januari.
Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda mengatakan kepada komite audit majelis tinggi Kamis bahwa bank akan “terus hati-hati memantau” dampak gejolak pasar yaitu pada harga ekonomi dan konsumen. Bank juga akan membuat “penyesuaian kebijakan tanpa ragu-ragu” jika dianggap perlu untuk mencapai tujuan 2%, katanya.
Demikian juga hasil surplus neraca perdagangan ikut memberikan harapan penguatan ekonomi Jepang. Pagi tadi dirilis defisit tahunan perdagangan Jepang yang jatuh ke level terendah dalam empat tahun pada 2015, menyempit hampir 80 persen dari rekor akibat biaya impor turun berkat jatuhnya harga minyak, dan yen yang lebih lemah membantu memacu peningkatan dalam ekspor, demikian Kementerian Keuangan Jepang melaporkan Senin (25/01).
Neraca perdagangan, yang kembali ke surplus ¥ 140,2 milyar ($ 1,2 milyar) pada bulan Desember, adalah defisit selama sembilan bulan di tahun 2015. Ekspor turun 8 persen bulan lalu dan impor turun 18 persen. Defisit perdagangan tahunan adalah 2,8 triliun yen.
Faktor yang juga mendukung kenaikan indeks Nikkei adalah kenaikan harga minyak mentah. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ditutup akhir pekan lalu naik 9,41 persen, sedangkan harga minyak mentah patokan global Brent naik 12,71 persen. Selama jam perdagangan Asia pada Senin, harga minyak mentah WTI berjangka naik 1,21 persen di $ 32,58 per barel, sementara Brent naik 1,65 persen di $ 32,71 per barel.
Pada penutupan perdagangan saham bursa Jepang, saham-saham perminyakan menguat. Saham Inpex Jepang naik 3,28 persen dan saham Japan Petroleum naik sebesar 6,54 persen.
Saham Eksportir Jepang mixed, dengan saham Toyota dan Honda turun datar 0,09 persen. Pasangan kurs dolar-yen turun 0,24 persen dari sesi sebelumnya, diperdagangkan pada 118,47. Penguatan yen adalah negatif bagi eksportir karena mengurangi pendapatan mereka di luar negeri bila dikonversi kembali ke mata uang lokal.
Saham Sharp, yang melonjak pekan lalu di belakang beberapa pengambilalihan dari sebuah perusahaan investasi negara yang didukung Jepang serta Taiwan assembler iPhone Hon Hai Precision Industry, turun 2,27 persen.
Di tempat lain, saham Japan Tobacco naik 7,40 persen setelah perusahaan mengatakan pihaknya berencana untuk menaikkan harga inti rokok.
Saham Takata turun 9,79 persen setelah muncul laporan bahwa regulator AS telah mengumumkan penarikan dari lima juta kendaraan yang dilengkapi dengan kantong udara inflators nya. Tahun lalu, perusahaan Jepang itu terlibat dalam skandal global untuk menjual airbag yang rusak yang menyebabkan beberapa pembuat mobil besar menjatuhkan penggunaan inflators kantung udara buatan Takata di kendaraan mereka.
Sedangkan untuk indeks Nikkei berjangka juga terpantau naik 310 poin atau 1,84% pada 17,180, turun dari perdagangan sebelumnya pada 16,870.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan indeks Nikkei pada selanjutnya akan berpotensi menguat terbatas merespon harapan stimulus BOJ. Namun perlu tetap memperhatikan pergerakan harga minyak mentah dan bursa Wall Street, yang jika melemah dapat menekan indeks Nikkei. Secara teknikal Indeks Nikkei akan bergerak dalam kisaran Support 16,665-16,102, dan kisaran Resistance 17,652-18,109.
Freddy/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang