Harga karet alami berjangka Tocom pada perdagangan Selasa siang (26/01) bergerak di zona negatif. Pelemahan harga karet Tocom terpicu penguatan Yen dan penurunan harga minyak mentah sesi Asia.
Mata uang Yen Jepang terpantau mengalami peningkatan 0,15% saat ini berada pada level 118.12 per dollar AS. Kenaikan nilai tukar yen Jepang membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini menjadi relatif lebih mahal bagi para pembeli luar negeri. Dampaknya permintaan akan komoditas ini mengalami penurunan.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS turun kembali di bawah $ 30 per barel di perdagangan Asia pada Selasa, memperpanjang dekat 6 persen penurunan yang dibuat pada sesi sebelumnya, di tengah berita bahwa produksi Irak mencapai rekor tinggi bulan lalu.
Harga minyak mentah berjangka WTI turun 47 sen, atau 1,55 persen, ke $ 29,87 per barel setelah turun $ 1,85, atau 5,8 persen, lebih rendah pada $ 30,34 per barel. Sedangkan harga minyak entah berjangka patokan global Brent turun $ 1,68 pada $ 30,50 per barel di sesi sebelumnya, berada pada 5,2 persen di bawah harga penutupan Jumat.
Pada perdagangan hari ini, harga karet berjangka untuk kontrak paling aktif di bursa komoditas Tokyo yaitu kontrak bulan Juni 2016 terpantau melemah sebesar -3 yen menjadi 160,2 yen per kilogram, turun dari penutupan sebelumnya pada 163,2 yen per kilogram.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga karet berjangka Tocom pada perdagangan selanjutnya masih berpotensi alami tekanan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar yen Jepang dan harga minyak mentah. Kedua indikator tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pergerakan harga karet alami Tocom. Dengan terus meningkatnya kekuatiran kelebihan pasokan global minyak mentah membuat harga karet Tocom berpotensi tertekan.
Harga komoditas karet berjangka di bursa Tocom akan mengetes level Support di 155,00 yen dan 150,00 yen. Harga akan menemui Resistance pada level 1651,00 dan 170,00 yen jika harga berbalik ke teritori positif.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang