Harga minyak mentah bergerak rebound pada perdagangan sesi Asia Rabu (10/02), setelah Iran mengatakan terbuka untuk kerjasama dengan Arab Saudi, memulihkan penurunan pada sesi sebelumnya karena kekhawatiran atas permintaan dan bursa global yang lemah.
Kenaikan harga minyak mentah didukung oleh komentar dari menteri minyak Iran bahwa Teheran siap untuk bernegosiasi dengan Arab Saudi atas kondisi saat ini di pasar minyak global.
Lihat : Harga Minyak Mentah Anjlok 6% Tertekan Buruknya Bursa Global dan Kekenyangan Pasokan
Badan Energi Internasional (IEA), sementara itu, mengatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mungkin untuk membuat kesepakatan dengan produsen lain untuk mengurangi kelebihan produksi. EIA memperkirakan dunia akan menyimpan minyak yang tidak diinginkan untuk sebagian besar tahun 2016 karena penurunan produksi minyak AS memerlukan waktu.
Harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Maret naik 58 sen pada $ 28,52 per barel. Sebelumnya harga WTI turun 5,9 persen pada Selasa untuk menetap $ 1,75 lebih rendah.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent kontrak Maret naik 75 sen, atau 2,5 persen, pada $ 31,07 per barel pada 0219 GMT.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak tertekan setelah Administrasi Informasi Energi (EIA) AS menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak 2016 untuk 110.000 barel per hari (bph) dari pertumbuhan 160.000 barel per hari pada sebelumnya.
Investor akan mencermati rilis data persediaan minyak mentah mingguan AS malam nanti, yang diindikasikan berdasarkan hasil konsensus berada pada posisi 3.6M, turun dari hasil sebelumnya pada 7.792M.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan jika perkiraan persediaan minyak mentah mingguan AS EIA ini terealisir menurun, maka akan mengangkat harga minyak mentah. Namun tetap akan melihat pergerakan bursa global, yang jika melemah juga dapat menekan harga minyak mentah. Harga diperkirakan akan menembus level Support $ 28,00-$ 27,50, dan jika harga naik akan menembus level Resistance $ 29,00-$ 29,50.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang