Harga minyak mentah jatuh pada penutupan perdagangan akhir pekan, Sabtu dinihari (20/02) setelah sentimen kekenyangan global dengan adanya laporan meningkatnya ekspor minyak mentah AS Januari, mengalahkan sentimen rencana oleh beberapa produsen minyak untuk mempertahankan tingkat produksinya.
Total pengiriman minyak mentah untuk Januari, ukuran permintaan di AS, naik 0,8 persen, menjadi 19,4 juta barel per hari, tingkat Januari tertinggi sejak 2008, demikuan laporan API, Jumat.
“Industri ini juga menghasilkan rekor jumlah bensin untuk bulan Januari melebihi meningkatnya permintaan konsumen,” Erica Bowman, kepala ekonom API, mengatakan dalam sebuah rilis. “Selain itu, kilang menemukan banyak pembeli internasional untuk kelebihan produksi yang mengarah ke tingkat rekor ekspor Januari.”
Pengiriman bensin kendaraan juga mencatat hasil Januari terbaik mereka sejak 2007. API juga mengatakan produksi minyak mentah menurun 1,4 persen pada Januari secara tahunan, rata-rata 9,2 juta barel per hari.
Harga minyak mentah berjangka WTI ditutup turun pada $ 29,64 per barel, turun sebesar 3,67 persen, atau $ 1.13. WTI, bagaimanapun, berhasil bangkit 0,67 persen untuk seminggu.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent turun $ 1,32, atau 3,85 persen, ke $ 32,96 per barel.
Investor juga mencerna data jumlah kilang terbaru dari Baker Hughes, yang menunjukkan penurunan dari 26 kilang minyak AS yang telah jatuh selama seminggu lurus kesembilan, dan sekarang menjadi total 413. Baker Hughes juga mengatakan jumlah kilang telah jatuh 606 secara tahunan.
Harga minyak naik lebih dari 14 persen awal pekan ini terdorong kesepakatan Arab Saudi dan Rusia untuk membekukan produksi pada tingkat Januari.
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh sempat menyambut baik rencana tersebut, namun komitmen tersebut hanta sebentar, dimana sumber Iran mengatakan kepada Reuters bahwa mengentikan produksi tidak cukup untuk menyeimbangkan pasar.
Demikian juga Arab Saudi mengikutinya, manyatakan bahwa tidak punya rencana untuk memangkas produksi dan akan terus melindungi pangsa pasarnya. “Jika produsen lain ingin membatasi atau menyetujui pembekuan dalam hal produksi tambahan, yang mungkin berdampak pada pasar, tapi Arab Saudi tidak siap untuk memotong produksi,” kata menteri luar negeri Adel al-Jubeir menyatakan kepada Agence France-Presse pada hari Kamis.
Wakil Menteri Utama Energi Rusia Alexey Texler Jumat menyatakan kesepakatan penghentian produksi kesepakatan bisa menghapus separuh dari kelebihan pasokan global 1,8 juta barel per hari (bph).
“Penghentian produksi OPEC, ditambah dengan harga BBM bensin eceran yang sangat terjangkau, harusnya membantu mendorong minyak kembali ke $ 47 pada bulan Juni,” kata Bank of America Merrill Lynch dalam sebuah catatan pada hari Jumat.
Menteri Perminyakan Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan pada Kamis bahwa perundingan perlu dilanjutkan antara anggota OPEC dan non-OPEC untuk menemukan cara untuk mengembalikan harga minyak “normal” setelah pertemuan di Teheran, Rabu.
Sebuah laporan peningkatan persediaan minyak mentah AS pekan lalu memicu kekhawatiran kelebihan pasokan global yang terus-menerus. Persediaan minyak mentah naik 2,1 juta barel menjadi puncak pada 504.100.000, demikian data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) pemerintah AS pada hari Kamis.
Pemulihan WTI pada akhir minggu ini mendorong produsen shale AS, untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, untuk menempatkan harga nilai lindung baru untuk 2017 dikunci pada harga sekitar $ 45 per barel.
Hari sabtu kemarin telah diputuskan kesepakatan bersama antara Rusia dan Arab Saudi untuk menetapkan ekspor minyak mentah sebanyak 75% dari produksi minyak mentah dunia.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak berpotensi menguat dengan kemajuan kesepakatan ekspor minyak mentah sebanyak 75% dari produksi minyak mentah dunia. Harga diperkirakan akan menembus level Resistance $ 30,00-$ 30,50, dan jika harga turun akan menembus level Support $ 29,00-$ 28,50.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang