Harga timah di bursa Malaysia naik pada perdagangan Kamis sore (10/03). Kenaikan harga timah terdorong harapan stimulus jelang pertemuan ECB yang diharapkan dapat mendukung perlambatan ekonomi Tiongkok.
Inflasi Tiongkok bulan Februari naik tertinggi sejak Juli 2014 terpicu melonjaknya biaya makanan di tengah liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu, di mana adanya jutaan pesta makanan daging, seafood dan sayuran.
Indeks harga konsumen naik 2,3 persen pada Februari dari tahun sebelumnya, naik dari 1,8 persen pada Januari, karena harga pangan melonjak 7,3 persen. Membangkitkan pertanyaan atas kemampuan kenaikan itu, harga non-makanan naik sedikit dari bulan sebelumnya ke 1 persen peningkatan dan inflasi jasa melambat. Demikian Biro Statistik Nasional mengatakan pada hari Kamis (10/03).
Lihat : Inflasi Tiongkok Naik Tertinggi Sejak Juli 2014
Kenaikan inflasi Kamis ini ditambah dengan laporan terbaru sebelumnya yang menunjukkan penurunan ekspor dan manufaktur lemah, semakin menambah tekanan pada pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk menguatkan ekonomi.
Pada agenda ekonomi investor akan fokus pada pertemuan ECB untuk perubahan apa yang dibuat untuk suku bunga dan paket pelonggaran kuantitatif. Pasar mengharapkan pelonggaran lebih lanjut, tetapi dengan harga minyak meningkat, mungkin kebijakan tidak berubah terlalu banyak.
Harga timah di bursa komoditas Malaysia terpantau mengalami kenaikan hari ini. Harga logam industri ini diperdagangkan pada posisi 16.750 dollar per ton, naik sebesar 100 dollar dari penutupan sebelumnya pada 16.650 dollar per ton.
Lihat : Harga Timah Anjlok Tergerus Buruknya Data Perdagangan Tiongkok
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga timah Malaysia pada perdagangan selanjutnya berpotensi melemah terbatas untuk jangka pendek merespon kekuatiran ekonomi Tiongkok. Harga akan menghadapi level Support di posisi 16.550 dollar dan 16.350 dollar. Akan tetapi jika terjadi kenaikan harga akan menghadapi level Resistance di 16.950 dollar dan 17.150 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang