Harga Emas turun pada akhir perdagangan hari Senin untuk hari ketiga, terganjal penguatan dollar AS setelah komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve AS terbaru untuk mempercepat kenaikan suku bunga AS.
Dolar AS naik 0,3 persen terhadap sekeranjang mata uang, setelah dua pejabat bank sentral, Presiden Fed San Francisco John Williams dan Presiden Fed Atlanta Dennis Lockhart, mengangkat kemungkinan kenaikan suku bunga sesegera mungkin pada bulan April.
Harga emas spot turun 0,82 persen pada $ 1,244.50 per ons, sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman April turun $ 10,10 per ons pada $ 1,244.20, dan terakhir diperdagangkan turun $ 9,70 pada $ 1,244.60.
Logam mulia ini telah meningkat hampir 17 persen tahun ini dengan memudarnya harapan untuk kenaikan suku bunga.
Beberapa ekonom khawatir bahwa suku bunga yang sangat rendah di seluruh dunia akhirnya akan memicu tekanan inflasi. Emas telah mendapatkan manfaat dari tarif rendah, yang memotong biaya kesempatan memegang aset non-unggul seperti emas.
Kepemilikan emas yang didukung bursa ETF, yang menerbitkan sekuritas yang didukung oleh logam fisik, terus meningkat.
SPDR Saham Emas yang terdaftar di New York, melaporkan inflow 11,9 ton pada hari Jumat, sehingga total inflow untuk tahun ini untuk 176,6 ton, naik dari 40,8 ton pada periode yang sama tahun lalu.
Harga Perak berjangka naik 0,28 persen pada $ 15,85 per ons, sementara platinum berjangka naik 1,3 persen pada $ 982,90 per ons dan paladium berjangka naik 2,2 persen pada $ 603,05 per ons.
Malam nanti akan dirilis data ekonomi Markit Manufacturing PMI Flash Maret dan Housing Price Index Januari yang diindikasikan meningkat dari hasil sebelumnya. Jika hasil ini terealisir akan berpotensi menguatkan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga emas pada perdagangan selanjutnya berpotensi melemah dengan potensi penguatan dollar AS. Harga emas diperkirakan akan menembus level Support $ 1,242.50-$ 1,240.50, dan jika harga naik akan menembus level Resistance $ 1,246.50-$ 1,248.50.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang