Di akhir perdagangan bursa saham Jepang Senin (23/05), indeks Nikkei ditutup turun 81,75 poin, atau 0,49 persen, di 16,654.60. Pelemahan indeks Nikkei terpicu penguatan Yen setelah ekspor Jepang merosot.
Lihat : Indeks Nikkei 23 Mei Dibuka Negatif Terganjal Penguatan Yen
Kementerian Keuangan Jepang melaporkan ekspor Jepang turun 10,1 persen secara tahunan di bulan April, mencerminkan permintaan lamban dari Tiongkok, pasar negara berkembang dan AS.
Impor untuk April turun 23,3 persen pada tahun. Neraca perdagangan membukukan surplus ¥ 823.470.000.000.
Lihat : Ekspor April Turun, Jepang Bukukan Surplus Perdagangan
Yen menguat setelah rilis data perdagangan, dengan pasangan dolar-yen jatuh serendah 109,61 dari 110,12 sebelum rilis data ini; Pasangan kurs berada pada 109,75 pada 02:33 HK / SIN.
Pada hari Sabtu, AS juga mengeluarkan peringatan ke Jepang terhadap devaluasi mata uang yang kompetitif.
Penguatan yen biasanya menekan pendapatan eksportir dari luar negeri ketika dikonversi ke mata uang domestik.
Saham-saham eksportir Jepang berakhir mixed. Saham Toyota berakhir turun 1,01 persen. Saham turun 0,20 persen dan saham Nissan membalikkan kerugian untuk mengakhiri 0,48 persen lebih tinggi.
Sedangkan untuk indeks Nikkei berjangka terpantau turun -70,00 poin atau -0,42% pada 16,580, turun dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya pada 16,650.
Malam nanti akan dirilis data Markit Manufacturing PMI Flash Mei yang diperkirakan naik dari hasil sebelumnya. Jika terealisir dapat menguatkan dollar AS dan berpotensi menekan Yen.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, indeks Nikkei berpotensi melemah jika dollar terealisir menguat dengan data manufaktur positif. Secara teknikal Indeks Nikkei akan bergerak dalam kisaran Support 16,520-15,505, dan kisaran Resistance 17,019-17,540.
Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang