El Nino Berkepanjangan Ancam India Pindah Dari Eksportir Menjadi Importir Gula

1050

El Nino yang terburuk dalam dua dekade terakhir memotong hasil produksi gula India, yang mencapai penurunan terendah dalam tujuh tahun terakhir. Kondisi ini mengkuatirkan pemerintah federal, Menteri Pangan Ram Vilas Paswan pekan lalu mengatakan bahwa bea masuk dapat diturunkan dan ekspor akan dibatalkan untuk mencegah lonjakan harga lebih lanjut.

Kemungkinan transisi India dari eksportir ke importir muncul di tengah reli harga komoditi global ke tertinggi 20-bulan, didorong oleh tekanan defisit gula dunia pertama dalam lima tahun. Menyusutnya produksi dan persediaan berarti konsumen gula terbesar dunia ini mungkin harus membeli gula dari mana saja untuk memenuhi kebutuhan antara 2 juta metrik ton sampai mencapai 6 juta ton pada 2016-17, demikian menurut RCMA Commodities Asia Pte.

Produksi di India mungkin akan turun menjadi 23,5 juta ton pada awal Oktober nanti, demikian menurut survei Bloomberg bulan lalu. Itu akan menjadi terendah sejak penurunan yang terendah sejak 18,9 juta ton pada 2009-10, demikian data yang ditunjukkan oleh Indian Sugar Mills Association. Dengan permintaan domestik di atas 26 juta ton sementara persediaan dalam negeri sekitar 7 juta ton akan habis secara substansial, maka kondisi ini akan membuka pintu untuk impor.

India harus memiliki cukup stok untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri untuk setidaknya tiga bulan. Pemerintah akan mempertimbangkan untuk menurunkan pajak impor gula dan melarang ekspor jika harga naik lebih jauh, demikian pernyataan pemerintah India pada hari Sabtu kemarin.

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi sedang berusaha untuk mengendalikan harga gula dan ketersediannya di pasaran lokal. Departemen Food pekan lalu menarik subsidi produksi yang dibayarkan langsung kepada petani yang memberikan hasil panen tebunya ke pabrik yang mengekspor gula dan menghasilkan etanol. Pemerintah juga mengawasi secara ketat batasan persediaan gula yang boleh dimiliki oleh setiap pedagang gula untuk mencegah penimbunan.

India, produsen terbesar di dunia setelah Brazil, yang terlihat melakukan pengiriman 2,9 juta ton pada 2015-16, menjadikannya negera ini menjadi eksportir terbesar keempat dunia untuk tahun 2015-16, demikian menurut data dari Departemen Pertanian AS.

Harga gula mentah di bursa berjangka sempat menyentuh 20 bulan tertinggi di level 17,29 sen per pon pada hari Jumat di ICE Futures US di New York, berada di 16,63 sen pada Selasa ini. Sementara itu di bursa berjangka Mumbai, gula rafinasi diperdagangkan 0,5 persen lebih tinggi pada 3529 rupee ($ 52) per 100 kilogram. Harga telah naik 36 persen sejak 1 Oktober, ketika musim kemarau panjang mulai menghantam produksi tebu India.

Selasti/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center

Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here