Harga gula berjangka di bursa komoditas ICE Futures New York Jumat dini hari (17/06) berakhir lemah, terpicu penguatan dollar AS.
Dollar AS naik 0,2 persen pada $ 1,12 terhadap euro, seperti juga pasar saham dan pasar global lainnya yang tertekan kekuatiran bahwa Inggris akan memilih dalam seminggu ini untuk meninggalkan Uni Eropa, memicu perlambatan ekonomi global.
Dolar AS juga didukung oleh petunjuk dari Federal Reserve pada Rabu bahwa mungkin ada dua kenaikan suku AS tahun ini meskipun pertumbuhan lebih lambat dari perkiraan.
Kenaikan nilai tukar dollar AS membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi relatif lebih mahal bagi para pembeli luar negeri sehingga permintaannya ikutan tergerus melemah.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Juli 2016 terpantau mengalami penurunan. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup melemah sebesar -0,09 sen atau setara dengan -0,45 persen pada posisi 19,76 sen per pon.
Lihat : Harga Gula ICE Terangkat 2 Persen Terdorong Penguatan Real Brazil
Harga gula mentah sempat naik lebih dari 1,5 persen sebelum data dari Brasil asosiasi industri tebu Unica, karena pada 1300 GMT, yang diperkirakan menunjukkan ketatnya pasokan karena 4/5 hari himpitan yang hilang akibat hujan di pusat-selatan Brazil di babak kedua Mei.
Juga harga gula sempat naik setelah perkiraan oleh kelompok industri tebu Alcopar, yang mengatakan tanaman tebu negara Parana Brazil diperkirakan akan turun menjadi 39 juta ton dari 43,5 juta ton setelah salju merugikan beberapa bidang.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga gula kasar berjangka di New York pada perdagangan selanjutnya berpotensi menguat terbatas dengan potensi penurunan produksi tebu di Brazil.
Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi menguji level Resistance pada posisi 20,30 sen dan 20,80 sen. Sedangkan level Support yang akan diuji jika terjadi penurunan harga ada pada posisi 19,30 sen dan 18,80 sen per pon.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang