Perusahaan maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) kembali alami kerugian pada periode 6 bulan pertama tahun ini setelah tahun 2015 sempat untung besar. GIAA alami kerugian ratusan miliar pada semester pertama lalu seperti yang tercatat dalam laporan keuangan yang dipublish perseroan. Dari pengamatan analis, sinyal kerugian ini sudah terlihat dalam kinerja keuangannya pada kuartal pertama lalu yang alami penurunan laba bersih yang cukup besar.
Perseroan yang dalam 6 bulan ini sarat dengan berbagai penghargaan berskala internasional ini alami kerugian dikarenakan besarnya dana investasi yang dikeluarkan GIAA, pasalnya dilihat dari jumlah frekwensi penerbangan armada milik Garuda alami peningkatan selama 6 bulan pertama tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.
GIAA merugi sebesar US$63,2 juta sepanjang semester I-2016, sedangkan tahun sebelumnya periode yang sama mendapatkan keuntungan hingga mencapai US$29,3 juta. Selain besarnya biaya investasi yang digunakan untuk beli pesawat baru juga GIAA mempersalahkan kebijakan penerapan tarif batas bawah menjadi sekitar 30% sebagai pemicu kerugian.
Sebagai informasi, dalam sepanjang semester I-2016 frekwensi penerbangan armada miliknya 133800 penerbangan sedangkan semester I-2015 hanya 122.403 penerbangan. Untuk jumlah penumpang yang diterbangkan juga meningkat menjadi 16,5 juta, semester I-2015 hanya 15,9 juta.
Untuk pergerakan sahamnya di bursa perdagangan saham hari Senin (1/8) saham GIAA ditutup anjlok signfikan pada level 468 dari penutupan perdagangan sebelumnya di level 480. Untuk volume perdagangan saham mencapai 110 juta saham.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, harga saham GIAA bergerak lemah dengan indikator MA bergerak datar dan indikator Stochastic turun masuk area jenuh jualnya. Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak datar dengan +DI bergerak turun. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, rekomendasi saham GIAA berikutnya pada kisaran support di posisi 456 dan level resisten di 488.
Joel/VMN/VBN/ Senior Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens