Membangun bisnis keluarga, mempertahankan dan mengembangkannya, bahkan sampai kepada keturunan anak cucunya berikutnya, barangkali itulah salah satu impian dari pengusaha yang menjadi pendiri bisnis dan perusahaan. Di negeri kita Indonesia ini, sebagian besar perusahaan yang ada merupakan bagian dari bisnis keluarga. Isyu membangun dan mempertahankan usaha harusnya menjadi salah satu isyu utama dalam mengelola perusahaan keluarga. Betulkah demikian? Mari kita menengok dan belajar dari bisnis yang berumur panjang dari generasi ke generasi di beberapa Negara. Ada di antaranya yang berumur sampai lima ratus tahun dan tetap eksis sampai saat ini di Inggris. Ada pula yang bahkan berusia lebih dari seribu tahun di Jepang.
Price Waterhouse Cooper (PwC) di akhir tahun 2014 pernah melakukan survei mengenai bisnis keluarga di Indonesia (PwC, “Survey Bisnis Keluarga 2014 – Indonesia”). Dari hasil survei tersebut, ditemukan bahwa lebih dari 95 persen perusahaan di Indonesia merupakan bisnis keluarga. Sementara itu, di Asia Tenggara, 60 persen perusahaan terbuka (Tbk.) merupakan perusahaan keluarga. Dan pewarisan kepemimpinan dianggap sebagai salah satu prioritas perusahaan. Karenanya, dapat dipandang bahwa manajemen bisnis keluarga yang professional akan pada gilirannya memengaruhi kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih sehat, apalagi mengingat bahwa kontribusi kelompok orang kaya di Indonesia mencapai 25% dari PDB, bahkan mungkin lebih.
Rencana Suksesi
Menjalankan bisnis yang sukses, sebagaimana diketahui oleh sebagian pembaca, tentunya memerlukan aspek perencanaan, kondisi keuangan yang sehat, seberkas keberuntungan, dan yang lainnya seputar itu. Namun demikian, menjalankan bisnis bersama dengan anggota keluarga besar kita membutuhkan variabel-variabel dan isyu lainnya. Salah satunya adalah masalah pewarisan bisnis: siapa yang akan mengambil alih bila sang pemimpin bisnis pergi pensiun atau meninggal dunia. Pada bulan Agustus ini, secara menarik, CNBC merilis sejumlah tulisan dan survey bagaimana menggerakkan bisnis keluarga dengan halus.
Memutuskan bagaimana transisi dari satu generasi ke generasi berikutnya dapat berjalan sangatlah penting.
Dalam salah satu wawancara dengan CNBC, Alfredo De Massis, direktur Family Business Center di Lancaster University Management School, menjelaskan “Suksesi dalam suatu bisnis keluarga merupakan satu pengalaman yang paling menyakitkan yang bisa ditemui oleh bisnis keluarga ketika harus bergerak dari satu generasi kepada yang berikutnya. Iu sebabnya, sangatlah penting untuk menyiapkan perencanaan proses suksesi karena itulah proses.”
John N. Mayes, senior consultant dari The Family Business Institute di Raleigh, North Carolina, menambahkan bahwa sangat penting untuk dikembangkan perencanaan suksesi yang dirancang secara matang. Ini juga berarti bisnis keluarga harus membangun dan menjaga dengan baik rencana suksesi manajemen maupun rencana suksesi kepemilikan sekaligus. (CNBC, 3/08/2016).
Perusahaan Ratusan Tahun Utamakan Pelayanan
Salah satu bisnis keluarga yang diperkenalkan CNBC adalah pengusaha daging dari Bridport, Dorset, Inggris yang berusia lebih dari 500 tahun. Didirikan tahun 1515, “tukang daging” RJ Balson & Son saat ini tercatat sebagai bisnis keluarga tertua di Inggris Raya, menjual berbagai jenis daging, termasuk unggas sampai aneka binatang buruan lainnya.
Memperkenalkan dirinya, perusahaan ini menyebutkan didirikan di tahun 1515, pada tahun keenam pemerintahan Raja Henry VIII. Ini adalah setahun sebelum benua Amerika ditemukan dan 8 tahun sebelum biji coklat dibawa ke Spanyol. Sejak saat itu, maka lusinan anggota keluarga telah mewariskan keahlian pedaging mereka sampai kepada 25 generasi.
Saat ini, Richard Balson (59 tahun) adalah generasi terakhir, atau yang ke-26, dari keluarga yang terlibat dalam bisnis turun temurun ini. Baginya dia adalah penjaga dan penerus dari bisnis ini sampai nanti anaknya atau cucunya atau keponakannya akan mengambil alih usaha daging ini, dari memotong sampai menjualnya di toko tradisional mereka.
Bagaimana rahasianya suatu bisnis dapat terus diperdagangkan sampai separuh millennium, melewati tahun-tahun yang berisi gelombang wabah penyakit, perang, banjir dan segala sesuatu lainnya di antaranya?
Menjelaskan kepada media, Balson terangkan: “Kami selalu menjual dengan kualitas top, daging sapi lokal, domba dan babi, di mana sekarang ini dapat dipantau pergerakannya dari ladang sampai ke meja makan. Konsumen selalu ingin tahu dari mana asal daging ini, dan semakin berlokasi lokal itu akan dipandang lebih baik.”
Hubungan yang baik dengan konsumen juga sangat penting, ditambahkannya. “Kualitas dari produk yang dijual sangat penting, tetapi juga kami menawarkan pelayanan yang bersahabat dan pribadi sifatnya, di mana orang yang datang ke toko kami diperlakukan dengan penuh hormat. Kami ingin membuat belanja itu menyenangkan,” penjelasan lanjutan dari Balson. (CNBC, 1/08/2016).
Dari sini dapat dilihat bahwa bisnis yang dapat bertahan untuk jangka waktu panjang adalah bisnis yang mengutamakan pelayanan prima bagi konsumen. Menghadapi persaingan, tantangan, bahkan perubahan gaya hidup sejalan dengan perkembangan jaman, pelayanan yang memuaskan konsumen tidak tergantikan. Sebagaimana bisnis itu berlanjut dari generasi ke generasi, konsumen pun akan berlanjut kepada angkatan anak-anaknya, cucu-cucunya, dan seterusnya.
Mungkin ada yang bertanya apakah perusahaan keluarga yang tertua di dunia?
Jawabannya adalah Hoshi Ryokan atau Hoshi Hotel. Hoshi tercatat sebagai penginapan tradisional yang didirikan Keluarga Hoshi di Komatsu, Jepang. Perusahaan yang bergerak di jasa penginapan ini berdiri sejak tahun 718 atau sudah berumur 1.298 tahun. Bayangkan berusia hampir 1300 tahun dan tetap berdiri sampai saat ini! Perusahaan tersebut hari ini dikelola oleh Zengoro Hoshi, generasi ke-46 dari Keluarga Hoshi.
Bagaimana perusahaan ini tetap dapat dikelola dengan baik oleh satu keluarga saja sampai saat ini? Dari sejumlah survey ditemukan bahwa hotel tertua di dunia ini, yang berada di lokasi air panas dan bersifat resort ini, mengutamakan layanan yang memuaskan bagi para konsumennya. Kualitas layanannya dikategorikan legendaris. Dibicarakan dari generasi ke generasi. Sementara itu, gaya manajemennya mengedepankan kekeluargaan. Family management, di mana kebersamaan dan kekeluargaan dengan wawasan jangka panjang lebih diutamakan ketimbang rasionalitas finansial.
Kembali kita melihat bahwa kepuasan pelanggan adalah segalanya. Dengan tradisi itu, tamu yang datang hari ini adalah anak atau cucu dari angkatan konsumen sebelumnya. Begitu seterusnya.
Sementara itu untuk suksesi, banyak perusahaan di Jepang, termasuk merk-merk raksasa dunia seperti Toyota, Suzuki, Honda, dll, mewariskan kepemilikan dan manajemennya kepada keturunan laki-laki. Bisa anak laki-laki, bisa juga cucu lelaki. Seperti Hoshi Hotel, rencana suksesinya yang berikut adalah kepada cucu lelakinya. Sekiranya, tidak ada keturunan laki-laki di keluarga, biasanya suami yang kompeten dalam bisnis dari keturunan keluarga yang wanita akan diadopsi. Sang suami mengambil nama keluarga (marga) dari isteri. Ini bentuk adopsi yang unik dari Jepang yang dikenal dengan nama “Mukoyoshi”.
Mewariskan Bisnis dan Berhasil
Mengenai kepemimpinan dalam perusahaan keluarga, suksesi merupakan isu yang paling krusial, terutama kalau kendali perusahaan sudah mulai bergerak ke arah generasi kedua, apalagi generasi ketiga. Isu-isu dalam suksesi antara lain adalah rencana suksesi yang tidak jelas dan konflik antara calon-calon pengganti. Kata kunci dalam suksesi adalah kapan perusahaan akan diwariskan dan kepada siapa. Secara implisit, komunikasi mutlak diperlukan di sini. Penunjukan putra mahkota saja, tidak akan efektif jika tidak dikomunikasikan sejak awal.
Dalam suatu bisnis keluarga, adalah kenyataan bahwa rencana suksesi dapat menjadi begitu ruwet dan melibatkan emosi yang besar antar keluarga. Apalagi keluarga acapkali segan untuk mendiskusikan topik seperti usia sepuh, kematian, serta masalah-masalah keuangan dan yang terkait. Mungkin, ini penyebabnya suka dikatakan bahwa 70 persen dari bisnis yang dimiliki keluarga akhirnya gagal berlanjut dari pendiri kepada generasi keduanya. Kebanyakan lagi, biasanya masalahnya di ketidaksepakatan keluarga serta isyu perpajakan.
Untuk menyiapkan perencanaan warisan bisnis atau suksesi dapat ditemui sejumlah literatur dan juga riset. Barangkali beberapa kombinasi saran praktis berikut ini dapat menjadi pertimbangan.
a. Rencanakan suksesi bisnis lebih awal
Lima tahun di muka, itu baik. Bahkan lebih baik lagi sampai sepuluh tahun sebelumnya. Intinya adalah semakin lama proses perencanaan suksesi dijankan, semakin mulus kemungkinan transisinya.
b. Libatkan keluarga dalam diskusi rencana suksesi
Risiko dari pengumuman suksesi yang mendadak adalah ketidaksepakatan di antara anggota dinasti keluarga bisnis. Ini bisa menimbulkakn perpecahan yang seketika memutuskan bisnis keluarga yang telah lama dibangun dan dijaga.
c. Menilai anggota keluarga secara realistis
Seorang anak lelaki tertua kadang-kadang belum tentu adalah yang paling berbakat dalam bisnis. Penilaian yang realistis perlu diterapkan. Kalau ada urutan anak lainnya yang lebih capable, itu akan lebih tepat dipilih sebagai pemegang kendali bisnis generasi berikutnya. Ada juga yang merekomendasikan adanya pembagian fungsi bisnis yang cerdas di antara anak-anak. Misalnya ada yang pegang produksi, yang lain kerjakan sisi pemasaran, dan harus ada yang tangani keuangan, dst.
d. Hindari pandangan bahwa semua harus mendapat porsi yang sama
Bagaimanapun dalam bisnis penting mengedepankan profesionalisme. Karenanya pembagian porsi kepemilikan dan manajemen perlu dikalkulasi dengan sebaiknya, cerdas, dan professional.
e. Libatkan konsultan
Ada baiknya untuk melibatkan konsultan dan pihak ketiga untuk pewarisan ini: pengacara, akuntan, atau perencana keuangan, misalnya. Konsultan akan memberikan pengukuran dan keputusan yang lebih obyektif, dan karenanya diharapkan juga mengurangi friksi antar keluarga.
f. Melatih pewaris
Prinsip melatih dan mempercayakan tanggung jawab bisnis kepada pewaris atau putera mahkota secara bertahap harus dilakukan. Ini juga, lebih panjang lebih baik. Persiapan yang panjang akan terbukti berdampak positif ketika pendiri bisnis, misalnya, mendadak meninggal dunia. Sang pewaris sudah dalam kondisi siap untuk melanjutkan tongkat kepemimpinan bisnis keluarga.
Anda pemilik bisnis keluarga? Bagian dari manajemen bisnis adalah manajemen suksesi. Semakin matang dipersiapkan, semakin lama diproses, akan semakin baik dan berkualitas hasilnya. Suksesi akan mulus dan ditangani generasi yang lebih unggul dari angkatan sebelumnya. Estafet-kan bisnis yang mengutamakan pelayanan pelanggan kepada generasi selanjutnya. Salam sukses!
CEO Vibiz Consulting
Vibiz Consulting Group