Harga gula berjangka ICE ditutup naik pada akhir perdagangan bursa ICE Futures New York Selasa dinihari (22/11). Harga komoditas ini mengalami penguatan terdukung lonjakan kenaikan harga minyak mentah.
Harga minyak mentah naik 4 persen mencapai tiga minggu tertinggi pada akhir perdagangan Selasa dinihari (22/11), terdorong meningkatnya keyakinan bahwa negara-negara penghasil minyak utama akan setuju untuk membatasi produksi pada pertemuan minggu depan.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik $ 1,73, atau 3,7 persen, pada $ 47,42 per barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik $ 2,12, atau 4,5 persen, pada $ 48,98 per barel, setelah menyentuh level tertinggi sejak 2 November.
Lihat : Harga Minyak Mentah Melonjak 4 Persen, Optimisme Pemotongan Produksi OPEC Meningkat
Para pedagang mengantisipasi bahwa harga minyak yang lebih tinggi akan mendorong produsen tebu lebih memilih mengkonversi tebu menjadi etanol dibandingkan gula, sehingga produksi gula menurun dan semakin meningkatkan harga gula.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Maret 2017 terpantau menguat. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup naik sebesar 0,20 sen atau setara dengan 0,99 persen pada posisi 20,35 sen per pon.
Malam nanti akan dirilis data Existing Home Sales Oktober AS yang diindikasikan melemah. Jika terealisir akan menekan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga gula berjangka untuk perdagangan selanjutnya berpotensi naik dengan pelemahan dollar AS. Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi mengetes level Resistance pada 20,85 sen dan 21,35 sen. Sedangkan level Support yang akan diuji jika terjadi penurunan harga ada pada posisi 19,85 sen dan 19,35 sen.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang