Harga Gula ICE Merosot 1,6 Persen Tergerus Anjloknya Minyak Mentah

570

Harga gula berjangka di bursa komoditas ICE Futures New York Selasa dinihari (10/01) merosot, tergerus melemahnya harga minyak mentah.

Harga minyak mentah jatuh hampir 4 persen pada akhir perdagangan Selasa dinihari (10/01) tergerus kekhawatiran rekor kenaikan ekspor minyak mentah Irak dan meningkatnya produksi AS akan melemahkan upaya OPEC untuk mengekang kelebihan pasokan global.

Harga minyak mentah berjangka AS berakhir di $ 51,96 per barel, turun $ 2.03, atau 3,8 persen. Ini adalah level penutupan harian terendah sejak 16 Desember.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun $ 2,22, atau 3,9 persen, pada $ 54,88 per barel pada 02:35 ET (1912 GMT).

Lihat : Harga Minyak Mentah Anjlok 4 Persen Tergerus Peningkatan Ekspor Irak dan Produksi AS

Para pedagang mengantisipasi bahwa harga minyak yang lebih rendah akan mendorong produsen tebu lebih memilih mengkonversi tebu menjadi gula dibandingkan etanol, sehingga produksi gula meningkat dan semakin menekan harga gula.

Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Maret 2017 terpantau mengalami penurunan. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup merosot sebesar -0,33 sen atau setara dengan -1,59 persen pada posisi 20,42 sen per pon.

Malam nanti akan dirilis data-data ekonomi NFIB Business Optimism Index Desember, JOLTs Job Openings November, Wholesale Inventories MoM November, yang semuanya diindikasikan meningkat. Jika terealisir dapat menguatkan kembali dollar AS.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga gula kasar berjangka di New York  pada perdagangan selanjutnya berpotensi melemah terbatas dengan penguatan dollar AS. Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi mengetes level Support pada posisi 19,90 sen dan 19,40 sen. Sedangkan level Resistance yang akan diuji jika terjadi kenaikan harga ada pada posisi 20,90 sen dan 21,40 sen per pon.

Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang